Gangguan skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang dapat mengganggu pikiran dan perilaku seseorang. Penderita skizofrenia cenderung mengalami halusinasi, delusi, dan memiliki pikiran yang kacau. Dalam jangka panjangnya, apabila skizofrenia tidak ditangani seseorang tidak bisa membedakan realita dengan halusinasi dalam pikirannya sendiri.
Selain itu, mereka cenderung tidak mampu mengingat dengan baik dan tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri.
Hal tersebut menyebabkan mereka menjadi dihiraukan dan diasingkan oleh orang lain di lingkungannya.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis merupakan salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia itu sendiri.
Gejala Skizofrenia
Gejala awal skizofrenia umumnya muncul saat remaja. Oleh karena itu, gejala awal ini sering disalahartikan karena dinilai wajar terjadi di masa remaja.
Pada pria, gejala awal muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejalanya muncul di rentang usia 25-30 tahun.
Gejala awal yang ditimbulkan, di antaranya:
- Cenderung mengasingkan diri dari orang lain.
- Mudah marah dan depresi.
- Perubahan pola tidur.
- Kurang konsentrasi dan motivasi.
- Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Baca juga : Pengaruh Stres Bagi Janin, Ibu Hamil Harus Pahami
Faktor Resiko Penyebab
Sebenarnya penyebab penyakit mental ini belum diketahui secara pasti. Namun, skizofrenia dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, seperti:
- Faktor genetik
Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, 10% lebih berisiko mengalami kondisi yang sama.
Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama menderita penyakit mental ini.
Pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizofrenia, risiko meningkat hingga 50%.
- Faktor kimia otak
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko menimbulkan skizofrenia.
Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
- Komplikasi kehamilan dan persalinan
Sejumlah kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak yang dilahirkan. Di antaranya adalah kekurangan nutrisi, paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes, serta perdarahan dalam masa kehamilan.
Komplikasi saat persalinan, juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak.
Misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, dan lahir prematur.
Selain faktor di atas, ada faktor lain yang merupakan faktor psikologi paling utama yang dapat memicu timbulnya penyakit mental ini, yakni stress.
Baca juga : 5 Cara Mengendalikan Emosi yang Tepat
Proses Penyembuhan
Skizofrenia merupakan penyakit kejiwaan yang memiliki potensi untuk disembuhkan, tetapi ada beberapa faktor yang berperan dalam proses penyembuhan:
- Mengonsumsi obat: obat yang diterima pasien harus dikeluarkan oleh dokter yang mengerti kondisi tubuh pasien. Seiring orang tersebut membaik, dosis bisa dikurangi, tetapi obat harus dikonsumsi seumur hidup untuk mencegah kambuhnya penyakit mental ini.
- Terapi kognitif dan perubahan tingkah laku: terapi ini dapat dilakukan oleh dokter dengan tujuan untuk melatih cara berpikir seseorang. Selain cara berpikir, cara bertindak juga bisa dilatih melalui terapi ini.
- Support dari keluarga dan lingkungan: faktor ini merupakan faktor yang cukup dominan dalam proses penyembuhan penderita skizofrenia. Support dari keluarga dan lingkungan akan menciptakan fondasi yang kuat bagi penderita untuk memulai dan melanjutkan proses penyembuhannya.
Baca juga : Kenali Macam-Macam Penyakit Mental agar Tak Salah Paham
Referensi:
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/symptoms-causes/syc-20354443