Indonesia patut berbangga karena berhasil mengembangkan dua jenis vaksin COVID-19, yaitu Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih.
Meski keduanya dikembangkan di dalam negeri, vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih mempunyai perbedaan.
Perbedaan paling mencolok dari kedua vaksin tersebut adalah basis teknologi dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan vaksin tersebut.
Vaksin Nusantara
Pengembangan vaksin Nusantara pertama kali diinisiasi oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada akhir 2020 menggunakan basis sel dendritik autolog.
Sel dendritik adalah bagian dari sel darah putih atau sistem kekebalan tubuh yang mempunyai fungsi untuk memproduksi antigen ke sel imun lain guna pembentukan antibodi.
Dalam penggunaannya, sel dendritik diambil langsung dari pengguna vaksin COVID-19 untuk kemudian sampel tersebut dipaparkan dengan virus Corona di luar tubuh.
Setelah beberapa hari, sampel tersebut disuntikkan kembali ke tubuh pemiliknya.
Diharapkan penggunaan vaksin COVID-19 menggunakan sel dendritik ini dapat diberikan kepada pasien komorbid.
Penggunaan sel dendritik bukanlah hal baru, pasalnya beberapa metode pengobatan untuk melawan kanker, melanoma, dan kanker prostat juga menggunakan sel dendritik.
3 Pihak Pengembang Vaksin Nusantara
Vaksin Nusantara merupakan rebranding dari vaksin Joglosemar yang dikembangkan oleh beberapa pihak seperti:
- Universitas Diponegoro (Undip).
- PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma).
- AIVITA Biomedical Inc dari California AS.
Selain ketiga pihak tersebut, vaksin COVID-19 ini juga didukung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes berupa pendanaan riset.
Vaksin Merah Putih
Meski namanya Vaksin Merah Putih, namun vaksin ini tidak hanya merujuk pada satu jenis vaksin saja melainkan sekelompok vaksin.
Menurut Prof Bambang Brodjonegoro definisi dari Vaksin Merah Putih adalah vaksin COVID-19 yang bibit dan pengembagannya dilakukan di Indonesia.
Ada pun sekolomok vaksin tersebut merupakan pengembangan oleh konsorsium riset di bawah Kementerian Riset dan teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemeristek/BRIN).
Setidaknya ada 7 lembaga di dalam konsorsium pengembangan vaksin Merah Putih ini. Di mana 5 dari 7 lembaga tersebut merupakan perguruan tinggi di Indonesia.
5 Perguruan Tinggi Pengembang Vaksin Merah Putih
- Universitas Indonesia (UI)
- Universitas Padjadjaran (Unpad).
- Institut Teknologi Bandung (ITB).
- Universitas Gadjah Mada (UGM).
- Univeristas Airlangga (Unair).
Sementara dua lembaga non perguruan tinggi dalam konsorsium pengembangan vaksin Merah putih ini adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Baca juga: