Mendengarkan suara bising yang mempunyai desibel tinggi secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan cedera bagian dalam telinga atau disebut dengan trauma akustik.
Cedera pada telinga bagian dalam juga dapat disebabkan oleh suara tunggul yang begitu keras seperti ledakan atau benturan kuat pada kepala sehingga menyebabkan gendang telinga pecah.
Gendang telinga berfungsi untuk melingungi telinga bagian tengah maupun bagian dalam sekaligus bertugas menerima getaran suara untuk kemudian diteruskan ke otak.
Kerusakan indera pendengaran akibat suara keras atau suara dengan desibel tinggi juga akan menyebabkan kerusakan sel-sel rambut di dalam telinga. Akibatnya, getaran suara tidak dapat ditangkap oleh sel-sel rambut di dalam telinga untuk kemudian dibuatkan sinyal menuju otak.
Baca juga: Gangguan Kesehatan Pada Telinga Yang Berbahaya Jika Diabaikan
Jenis Trauma Akustik
Jenis trauma akustik menentukan bagaimana perawatan dilakukan. Setidaknya, terdapat dua jenis trauma akustik yang dibedakan dari penyebabnya.
Jenis trauma akustik yang disebabkan oleh kebisingan oleh suara dengan desibel tinggi secara terus menerus dan jenis trauma akustik yang disebabkan secara tiba-tiba seperti mendengarkan suara keras dari ledakan, benturan pada kepala atau cedera pada bagian dalam telinga.
Penyebab Trauma Akustik
Pada umumnya suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 desibel dapat menyebabkan risiko trauma akustik. Berikut beberapa sumber suara yang dapat menyebabkan trauma akustik, yaitu:
- Suara mesin industri.
- Suara musik desibel tinggi.
- Berada atau tinggal di tempat dengan suara bising yang lama.
- Ledakan bom atau senjata api.
Seseorang yang secara terus menerus mendengarkan suara desibel tinggi di atas 85 desibel atau 95 desibel sangat berisiko trauma akustik.
Sementara suara di bawah 70 desibel atau kurang tidak begitu berbahaya untuk didengarkan secara terus menerus dalam jangka panjang.
Faktor Risiko Penyebab Trauma Akustik
Terdapat tiga faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma akustik, yaitu:
- Sering mendengarkan suara desibel tinggi (lebih dari 85 atau 95 desibel).
- Menerima suara dalam frekuensi tinggi.
- Durasi atau lamanya seseorang menerima suara frekuensi tinggi.
Gejala Trauma Akustik
Seseorang yang mengalami trauma akustik akan mengalami gejala utama yaitu gangguan pendengaran dalam derajat ringan, sedang, hingga parah atau permanen.
Menerima suara keras di atas 130 desibel secara tiba-tiba akan menyebabkan kerusakan pada gendang telinga, otot-otot kecil di dalam telinga, hingga trauma pada tensor timpani telinga.
Beberapa kasus trauma akustik, penderita awalnya mulai mengalami gangguan pendengaran seperti sulit mendengar suara yang berfrekuensi tinggi dan diikuti dengan suara berfrekuensi lebih rendah.
Pemeriksaan terhadap gangguan pendengaran dapat dilakukan dokter dengan menguji frekuensi suara yang berbeda-beda pada pasien.
Terdapat salah satu gejala trauma akustik yang disebut tinitus, yaitu jenis cedera di mana telinga mendengarkan suara berdengung atau berdenging.
Penderita dengan gejala tinitus ringan maupun sedang dapat mendengarkan suara berdengung atau berdenging ketika dalam kesunyian.
Segera periksakan ke dokter apabila mulai mengalami gejala tinitus, perawatan yang cepat dan tepat dapat mencegah tinitus menjadi kronis.
Diagnosis Trauma Akustik
Wawancara langsung dengan dokter dan menceritakan suara apa saja yang selama ini didengar atau baru-baru ini.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan secara langsung dengan menggunakan audiometri yang berfungsi untuk mendeteksi adanya tanda trauma akustik.
Pasien akan diminta untuk mendengarkan beberapa jenis suara dengan tingkat volume tertentu dan nada yang berbeda-beda.
Tes tersebut akan membantu dokter dalam mendiagnosis seberapa buruk trauma akustik dan menentukan perawatan yang tepat.
Pengobatan Trauma Akustik
Gangguan pendengaran trauma akustik dapat diobati namun tidak dapat disembuhkan baik menggunakan obat-obatan maupun tindakan operasi.
Pengobatan trauma akustik umumnya menggunakan bantuan teknologi alat bantu dengar.
Dokter dapat memberikan alat bantu dengar yang disebut implan koklea untuk mengatasi gangguan pendengaran akibat trauma akustik.
Selain itu, dokter mungkin juga akan menyarankan pasien untuk menggunakan pelindung telinga agar tidak terpapar suara bising dari luar dan mencegah kondisi lebih buruk.
Obat-obatan dapat digunakan untuk membantu meredakan gejala trauma akustik seperti obat steroid oral.
Pencegahan Trauma Akustik
Gangguan pendengaran dapat dicegah dengan berbagai cara yang sederhana sejak dini, yaitu:
- Menggunakan pelindung telinga.
- Tidak mendengarkan suara musik terlalu keras dan lama.
- Hindari suara bising seperti suara gergaji mesin, suara knalpot kendaraan, dan lainnya.
- Tidak berada atau tinggal di tempat dengan tingkat kebisingan yang tinggi.
- Istirahatkan telinga setiap hari meski dalam waktu yang singkat.
- Hindari menusuk telinga menggunakan apapun karena berisiko menyebabkan cedera.
- Periksakan ke dokter THT apabila mengalami gangguan pada telinga atau pendengaran.
Baca juga:
- Tips Cara Membersihkan Telinga Yang Benar
- Obat Telinga Gatal Paling Ampuh di Apotek dan Harganya
- Cara Menjaga Serta Merawat Kesehatan Telinga yang Baik dan Benar
Referensi:
https://www.healthline.com/health/acoustic-trauma (Diakses 7 November 2021)
https://medlineplus.gov/ency/article/001061.htm (Diakses 7 November 2021)