Asma adalah penyakit yang menyebabkan sesak napas, nyeri dada, batuk dan nyeri secara spontan diakibatkan oleh penyempitan saluran pernapasan. Penyakit sesak napas ini tidak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan dengan cara mencegah dan meredakan gejala.
Penyakit asma sebenarnya tidak berbahaya namun bila tidak tepat dalam perawatannya maka dapat menyebabkan komplikasi asma yang cukup berbahaya.
Dibutuhkan obat yang sesuai dengan penyebab dan gejala ketika asma kambuh. Terdapat berbagai jenis obat untuk mengatasi asma, mulai dari obat asma tablet, kapsul, sirup hingga obat asma hirup yang mana masing-masing obat mempunyai fungsinya sendiri.
Pada dasarnya penderita asma dapat hidup normal namun wajib mengetahui dan menghindari faktor pemicu asma. Hal ini bertujuan untuk mencegah asma kambuh, jika terlanjur terkena serangan asma maka segera gunakan obat asma.
Baca juga: Berikut 5 Langkah Pencegahan Asma Agar Tidak Mudah Kambuh
Obat Asma Paling Ampuh
Artikel ini tidak bertujuan untuk menggantikan resep obat asma dari dokter. Harap berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh obat asma di apotik.
Obat asma dibagi menjadi dua jenis, yakni obat pengontrol serta obat pereda. Masing-masing obat asma tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Obat pengontrol untuk membantu dalam mengendalikan gejala asma agar tidak kambuh, sedangkan obat pereda untuk mengatasi asma ketika kambuh dengan fungsi mengendurkan otot di sekitar jalan napas.
1. Obat Pengontrol Asma (long-term control)
Banyak penderita asma perlu minum obat kontrol jangka panjang setiap hari, bahkan saat mereka tidak menunjukkan gejala. Dokter mungkin akan menyarankan penderita untuk menggunakan kortikosteroid yang dihirup sebagai obat anti inflamansi jangka panjang.
Kortikosteroid berguna mengurangi pembengkakan dan penyempitan di saluran udara. Anda mungkin perlu menggunakan obat ini selama beberapa bulan hingga kondisi pernapasan membaik. Selain itu, ada beberapa obat anti inflamasi lainnya, meliputi:
- Long-acting-beta-agonists. Disebut bronkodilator yang dapat membuka saluran udara ketika terjadi penyempitan.
Obat bronkodilator (brong-koh-DIE-lay-tur) ini membuka saluran udara dan mengurangi pembengkakan selama setidaknya 12 jam. Obat ini digunakan secara teratur untuk mengontrol asma ringan hingga berat serta untuk mencegah gejala malam hari.
Meskipun efektif, obat ini dikaitkan dengan serangan asma yang kronis. Untuk alasan ini, LABA hanya digunakan dalam kombinasi dengan kortikosteroid hirup.
Obat yang paling umum digunakan untuk asma adalah salmeterol (Serevent).
- Long-acting anticholinergics. Antikolinergik dapat mengendurkan dan memperbesar (melebarkan) saluran udara di paru-paru, membuat pernapasan lebih mudah (bronkodilator).
Obat dengan antikolinergik, seperti:
Tiotropium bromide (Spiriva Respimat) adalah antikolinergik yang tersedia untuk siapa saja yang berusia 6 tahun ke atas. Obat ini harus digunakan bersamaan dengan obat perawatan rutin.
- Pengubah leukotriene (Leukotriene modifiers). Obat ini menghancurkan bahan kimia yang menyebabkan peradangan. Pengubah leukotrien dapat membantu mencegah gejala hingga 24 jam. Obat jenis lainnya termasuk:
- Montelukast (Singulair)
- Zafirlukast
- Zileuton (Zyflo)
Dalam kasus yang jarang terjadi, montelukast dikaitkan dengan reaksi psikologis, seperti agitasi, agresi, halusinasi, depresi, hingga pemikiran untuk bunuh diri. Segera temui dokter jika Anda memiliki reaksi yang tidak biasa.
- Teofilin. Mengonsumsi bronkodilator setiap harinya dalam bentuk pil dapat membantu mengobati asma ringan. Bronkodilator yang digunakan sebagai obat tambahan untuk gejala yang tidak merespon obat lainnya dan obat ini melemaskan saluran udara serta menurunkan respons paru-paru terhadap iritan.
Obat Ini dapat membantu mengatasi gejala asma di malam hari. Penderita asma mungkin memerlukan tes darah secara rutin untuk mendapatkan dosis yang tepat. Potensi efek samping teofilin termasuk insomnia dan gastroesophageal reflux.
- Imunomodulator. Jika menderita asma dalam kondisi sedang atau berat, penggunaan obat suntik ini sangat tepat khususnya jika asma disebabkan oleh alergi atau peradangan lain akibat kekebalan tubuh tidak merespon obat tertentu.
2. Obat Pereda Asma
Obat-obatan ini memberikan bantuan cepat ketika gejala atau ketika terjadi serangan asma. Bekerja dengan cara mengendurkan otot-otot saluran pernapasan, sehingga dapat meredakan gejala yang memburuk dan menghentikan serangan.
Beberapa orang menggunakan inhaler sebagai obat bantuan cepat sebelum beraktivitas untuk mencegah asma dan gelaja sesak napas lainnya. Obat pereda asma terdiri dari:
- Beta agonis kerja pendek (Short-acting beta-agonists). Salah satu obat bronkodilator hanya saja pada jenis obat ini dapat mengurangi gejala dengan cepat yaitu dalam hitungan menit setelah menggunakannya.
- Kortikosteroid oral. Sebagai obat antiinflamasi yang mengendalikan gejala. Selain itu, Kortikosteroid oral juga untuk mengatasi serangan asma yang serius. Obat ini dapat menyebabkan efek samping jangka pendek yang mengganggu dan dapat menyebabkan masalah serius jika dikonsumsi dalam waktu lama.
- Ipratropium (Atrovent HFA) adalah bronkodilator kerja pendek yang biasanya diresepkan untuk penyakit emfisema atau bronkitis kronis, tetapi terkadang juga digunakan untuk mengobati serangan asma. Ipratropium atau Atrovent HFA dapat digunakan dengan baik sebagai alternatif untuk agonis beta kerja pendek.
Penting diperhatikan beberapa jenis obat asma mempunyai efek samping yang harus diwaspadai, gunakan obat-obatan tersebut sesuai dengan anjuran dokter. Jika gejala yang dirasakan semakin memburuk atau gejala tidak mereda, segera temui dokter untuk melakukan perawatan lebih lanjut dan tepat.
Baca juga: