Perawat Indonesia Terserah, Suka Duka Di tengah Wabah Corona

Perawat Indonesia Terserah

Perawat Indonesia Terserah

Perawat Indonesia yang secara langsung merawat pasien yang terinfeksi virus corona tentunya memiliki duka dibalik perjuangan mereka. Namun hanya saja, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mematuhi peraturan dan membuat tenaga medis kecewa.

Wabah virus corona masih terus menghantui sejumlah negara di Dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Jika sebelumnya Indonesia menjadi salah satu negara yang belum terinfeksi, kini Tanah Air sudah mengonfirmasi kasus pertamanya.

Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung pada awal munculnya virus corona langsung mengenai dua warga negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kedua pasien sempat melakukan kontak dengan WNA Jepang yang datang ke Indonesia.

Banyak yang meragukan Indonesia terkait penanganan virus corona, Presiden RI buka suara. Presdien Jokowi menyakini sejak awal pemerintah telah benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk rumah sakit 100 dengan ruangan standar isolasi.

Salah satu keahlian yang menjadi pejuang virus corona ialah keahlian seorang tenaga medis seperti perawat, dokter hingga sopir mobil ambulan. Perawat dan dokter adalah salah satu garda terdepan dalam penanganan kasus wabah corona virus atau Covid-19.

Sebagai pegawai atau pekerja banyak yang diliburkan, hal tersebut tidak berlaku bagi perawat. Mereka lebih tertantang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Waspada dan tetap menjaga kesehatan sendiri menjadi modal utamanya.

Hal itu juga berlaku bagi para perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yang terus memberikan pelayanan terbaik dengan merawat sebagian pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan) atau orang yang sudah positif corona. Kesembuhan bagi pasien adalah kado terindah bagi para pelayanan kesehatan ini.

Peran Perawat Indonesia Dalam Menangani Pasien Corona

Peran Perawat Indonesia Dalam Menangani Pasien Corona

Sebelum pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 pertama pada Maret 2020, tenaga medis di sejumlah fasilitas kesehatan menangani pesien seperti biasa tanpa Alat Pelindung Diri (APD) khusus. Beberapa kemudian terinfeksi dan meninggal dunia.

Layaknya manusia biasa, demi menjaga kesehatan dari bahanyanya penularan virus corona, para perawat juga dibekali dengan standar perlindungan diri. Standar yang harus dipenuhi meliputi standar perlindungan diri, standar profesi dan standar prosedur operasional.

Harapan sederhana perawat ke pemerintah Indonesia di awal munculnya wabah virus corona, yakni diberikan perlindungan seperti fasilitas APD (Alat Pelindung Diri). Harapan sederhana perawat pada pemerintah di tengah wabah virus corona ini hanya butuh Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.

Tak muluk-muluk harapan perawat di tengah wabah virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Kepada pemerintah, tenaga medis hanya meminta pemerintah untuk melindungi seluruh tenaga kesehatan yang merawat pasien Covid-19. Ia berharap, tidak ada kasus kekurangan stok Alat Penlindung Diri (APD) yang mengharuskan tenaga kesehatan mencari APD sendiri.

Tidak hanya itu, tenaga medis meminta pemerintah melindungi jam dan rotasi kerja tenaga kesehatan sejak Covid-19 mewabah, tenaga kesehatan bekerja dengan durasi sebagaimana biasanya. Rotasi atau shift kerja juga tak ada beda dari sebelu, adanya virus corona. Padahal, saat ini rumah sakit penuh dengan pasien Covid-19.

Untuk mengurangi risiko penularan virus corona ke tenaga kesehatan, para perawat lainnya meminta diberlakukannya jeda waktu kerja secara berkala bagi tenaga kesehatan. Maka perawat juga mengajak masyarakat untuk ebrsama-sama mencegah penularan Covid-19.

Menurutnya kunci utama melawan virus corona adalah dengan masyrakat membantu dalam melakukan pencegahan. Sebab, perawat dan tenaga kesehatan lainnya menjadi garda terakhir ketika seseorang terpaksa terinfeksi Covid-19.

Meskipun dalam penanganan virus corona atau Covdi-19 menjadi wabah yang sangat amat diwaspadai hingga mematikan penderitanya, saat inilah perawat harus menunjukan kehebatannya dengan tetap memberikan pelayanan terbaik, ikhlas dan tulus demi negeri tercinta Indonesia.

Perawat juga manusia yang punya rasa takut, punya rasa khawatir dan cemas. Namun, justru disaat inilah perawat tunjukkan kehebatannya dengan melayani secara iklas, melayani penuh perhatian serta perawat menghadapi penuh keberanian. Jangan ragukan peran perawat.

Seperti slogan yang diberikan oleh perawat sesrta tenaga medis lainnya “ Kami Bekerja untuk Kamu, Kamu di Rumah untuk Semua, untuk Indonesia”.

Slogan tersebut dibuat untuk memberi pemahaman kepada publik agar berjuang bersama sehingga dapat memutus mata rantai wabah virus corona atau Covid-19 dengan berdiam diri di rumah menghindari interaksi dengan antar manusia lainnya.

Jadi, cukup hanya dengan berdiam diri di rumah warga telah mengambil bagian membantu peran tenaga medis menangani pandemi Covid-19. Sebab, bukan perkara mudah harus berperang di garda terdepan “medan tempuran” melawan musuh yang tak kasat oleh mata.

Tidak dipungkiri, rasa takut saat ini menghinggapi para dokter, perawat, para medis dan seluruh jajaran rumah sakit yang sedang bekerja keras melayani dan merawat pasien terinfeksi virus corona atau Covid-19 di ruang isolasi rumah sakit tempat mereka bekerja.

Perjuangan tenaga medis di tengah wabah virus corona merebak di Tanah Air menjadi pusat perhatian. Mereka para tenaga kesehatan adalah orang pertama yang menghadapi pasien positif virus corona di rumah sakit. Mereka adalah orang pertama yang menyentuh pasien saat pemeriksaan.

Seorang dokter, perawat, tenaga medis di rumah sakit harus tetap siap siaga dalam mengawasi dan merawat pasien.

ketika mereka harus menghadapi pasien positif virus corona di ruang isolasi setiap hari mereka harus mengenakan alat pelindung diri yang lengkap agar tidak tertular. Itu juga kalau mereka mendapatkan alat pelindung diri yang memadai dari rumah sakit mereka bekerja.

Untuk itu, para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya mereka sangat meminta kepada masyarakat untuk tetap berada di rumah, jaga jarak aman, tetap memperhatikan kebersihan dan kesehatan tubuh masing-masing.

Dengan begitu, dapat di artikan bahwa mereka peran masyarakat yang berdiam diri di rumah sama saja sedang berjuang untuk membantu menangani wabah virus corona Covid-19 di rumah sakit.

Dan taat pada ketentuan standar operasional prosedur penanganan Covid-19 menjadi hal wajib bagi para perawat dalam bekerja. Tidak hanya untuk keselamatan pribadi tetapi juga untuk keluarga serta lingkungan mereka.

Suka Duka Perawat Indonesia di Tengah Wabah Virus Corona

Suka Duka Perawat Indonesia di Tengah Wabah Virus Corona

Suka maupun duka dirasakan oleh perawat pasien virus corona atau Covid-19, seperti di usir dari kontrakan hingga gugur dalam menjalankan tugas.

Kisah pilu, sedih, berjuang, berkorban pun muncul. Mereka dokter, perawat, tenaga medis yang juga memiliki keluarga di rumah. Mereka rela tidak pulang, karena takut keluarganya tertular. Tak hanya dokter atau perawat yang menangani pasien positif corona.

Tidak jarang pula perawat terserang influenza selama merawat pasien. bila keluhan dirasa ringan, mereka tetap menjalani pelayanan terhadap pasien.

Menjadi pejuang kemanusiaan di tengah merebaknya virus corona di Indonesia, perawat atau tenaga medis juga sempat dirawat di ICU lantaran mengalami sesak napas, kelelahan sebab imun tubuh yang menurun.

Tidak hanya itu, sebagian besar tenaga medis seperti perawat dan dokter juga mengaku sangat sedih dengan banyak teman-teman dari kalangan tenaga kesehatan yang terinfeksi virus corona. Ia menyebut, tidak sedikit tenaga kesehatan yang kini dirawat karena tertular Covid-19 saat menangani pasien, bahkan akhirnya meninggal dunia.

Memang di bulan-bulan ini tenaga medis penuh dengan duka. Angka teman-teman perawat yang positif Covid-19 sudah semakin banyak, lalu angka yang meninggal juga banyak.

Selama hampir berbulan-bulan merawat pasien positif virus corona, banyak sekali duka yang dirasakan oleh rekan-rekan perawat serta tenaga medis lainnya. Banyak pula perawat yang mendapat stigma dari masyarakat karena merawat pasien virus corona.

Selain itu, Selama bekerja, seluruh tenaga medis wajib selalu mengenakan Alat Pelindung Diri (APD). Selama berjam-jam pula, para tenaga medis harus menahan panas dan gerah memakai APD. Lapar dan haus saat bertugas sudah menjadi hal yang biasa bagi tenaga medis yang menangani pasien Covid-19.

Para tenaga medis lainnya yang sedang bertugas dan menggunakan alat pelindung diri tidak dapat buang air kecil dan buang air besar di toilet. Sehingga mau tidak mau perawat harus menggunakan diapers sebagai jalan keluarnya.

Bahkan, beberapa rekan perawat bercerita bahwa di usir dari rumah kontrakannya karena dikhawatirkan membawa virus. Ia menyayangkan kondisi yang dialami oleh para perawat. Sebab, perawat dan tenaga kesehatan lainnya menjadi garda terakhir yang berperan menyelamatkan pasien positif Covid-19. Para tenaga medis berharap seluruh elemen masyarakat dapat bekerjasama melawan pandemi ini.

Ketika menangani pasien, perawat selalu mengenakan alat pelindung diri yang lengkap, mulai dari sepatu bot, baju khusus perawat dan masker N95. Setiap hari, perawat virus coeona memantau perkembangan pasien melalui monitor yang ada di setiap kamar.

Di kamar pasien, banyak pekerjaan yang harus perawat lakukan. Mulai dari mengganti baju pasien, mengganti infus, menyiapkan obat hingga makanan. Perawatan satu orang pasien bisa memakan waktu 30 menit hingga satu jam. Sebab, banyak pasien yang tidak mau ditinggal sendirian. Ada pasien yang masih tidak berani kalau ditinggal keluar oleh perawat.

Sebagai perawat juga betugas untuk menguatkan mental pasien agar imunitas menjadi kuat. Seperti seorang pasien kadang pegang tangan si perawat. Ketika pasien sesak nafas dan sebagai perawat memberikan penguatan, lalu juga mengajarkan teknik napas dalam agar si pasien rileks.

Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tanda Tenaga Medis Menyerah?

Tagar Indonesia Terserah

Namun perawat merasa sia-sia dengan apa yang telah mereka perjuangkan selama ini. Seperti memakai APD dirumah sakit, merawat pasien-pasien covid-19 dirumah sakit, rela tidak pulang dan tidak bertemu keluarga bahkan hanya bisa bertemu via virtual atau video call hingga mempertaruhkan nyawa.

Karena setelah kejadian tempo hari di sarinah, lalu kejadian di soetta. Sedangkan masih banyak peran orang yang lainnya juga berjuang demi pencegahan covid-19.

Seperti banyaknya pegawai yang habis-habisan di phk, banyak sekali perusahaan yang habis-habisa rugi karena mengurangi covid, ratusan event batal demi mencegah adanya kerumunan dan menurunkan tingkat covid, ratusan WO dan EO gagal, para umkm dan pkl tidak mempunyai penghasilan dan menahan lapar, hingga semua tempat ibadah sepi ditutup guna mencegah penyebaran virus corona.

Dari situlah perawat Indonesia merasa apa yang mereka perjuangankan selama ini sia-sia dan muncul tagar “INDONESIA SETERAH” wujud tenaga medis kecewa. Perawat merasa dikhianati oleh sebagian masyarakat yang tidak mematuhi peraturan pemerintah untuk berdiam diri dirumah dan tidak membuat keramaian dan kerumunan.

Tagar ini diyakini sebagai sebuah tanda protes dari para tenaga medis yang telah berjuang keras melayani para korban virus corona jenis baru ini. Namun, masih banyak masyarakat yang berkumpul di pusat keramaian tanpa mempedulikan penyebaran virus corona. 

Guru Besar Psikologi Sosial UGM menjelaskan tulisan “Indonesi Terserah” yang ramai di media sosial tersebut, meski bernada menyerah sebenarnya para tenaga medis tidak menyerah melainkan protes. Tagar ini diyakini sebagai sebuah tanda protes dari para tenaga medis yang telah berjuang keras melayani para korban virus corona jenis baru ini. Namun, masih banyak masyarakat yang berkumpul di pusat keramaian tanpa mempedulikan penyebaran virus corona.

Para tenaga medis tidak mungkin menyerah

Para tenaga medis tidak mungkin menyerah, karena mereka imbuhnya sudah di sumpah. Saat ini, yang terjadi yakni kekhawatiran di dunia medis. Pasalnya dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) artinya peluang penyebaran virus corona dapat meningkatkan lagi.

Pelonggaran itu kentara terlihat pada sektor transportasi, yakni dengan kemudahan sejumlah akses transportasi mulai dari darat dengan operasional bus AKAP, kereta api hingga pesawat terbang.

Kekhawatiran tersebut jelas terlihat, seperti saat berjubelnya penumpang di terminal 2 bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini. Dengan PSBB yang tidak seketat lockdown pun kasus masih ada terus. Apalagi jika dilonggarkan, tentunya beban tenaga medis akan semakin berat.

Di awal pandemi yang terjadi yakni para tenaga medis kekurangan APD, pengetahuan tentang Covid-19, obat-obatan, dan sebagainya. Sehingga dari awal perawat ingin masyarakat di rumah saja. Tetapi apa yang terjadi saat ini, melihat kondisi sekarang, perawat serta tenaga medis lainnya sangat kecewa untuk itu para tenaga medis protes.

Para tenaga medis protes kepada dua pihak, yaitu peemrintah dan masyarakat. Kepada pemerintah mengenai kebijakan yang dibuat. Menurutnya kebijakan PSBB belum di tegakkan di lapangan. Di satu sisi, ada yang mengutamakan kesehatan dan satunya ekonomi. Mereka yang mementingkan ekonomi ini melonggarkan kebijakan.

Sebaiknya ada win-win solution, seperti PSBB tetap harus di jalankan, di pertegas dan ada dukungan semua pihak. Pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana kebutuhan pokok di distribusikan. Daya beli masyrakat juga perlu dipikirkan.

Protes kepada masyarakat tersebut terlihat dari perilaku masyarakat yang masih longgar di tengah pandemi. Salah satunya terjadi di tempat tinggalnya di Yogyakarta, masih banyak orang keluar rumah dengan mudahnya.

Banyak yang tidak memakai masker, bahkan keluar tanpa alasan yang mendesak. Jika dilihat, masyarakat juga mungkin bosan karena terlalu lama di rumah, sehingga ada dorongan keluar rumah. Mereka yang melakukan perbuatan tersebut karena menuruti keinginannya saja, itu yang berbahaya.

Masyarakat Indonesia bukan orang yang patuh. Dengan sejumlah kejadian di atas, tentunya membuat para tenaga medis jengkel. Seandainya PSBB dijalankan dan semua saling mendukung akan besar kemungkinan semua akan baik-baik saja.

Jadi, harapan para perawat Indonesia kepada pemerintah serta kepada masyarakat juga mari sama-sama kita lakukan pencegahan karena satu-satunya unutk melawan virus corona atau covid-19 ini adalah pencegahan.

Sebab, dengan masyarakat mematuhi peraturan dengan berdiam diri di rumah sama saja membantu para garda terdepan dalam menangani dan menurunkan tingkat penyebaran virus corona di Indonesia.

Pesan Perawat Home Care Profesional Tersedia 24 Jam/7 Hari

PERAWAT MEDIS, PERAWAT LANSIA, dan BIDAN

Dapatkan promo bebas biaya admin dan transportasi khusus pemesanan hari ini

Exit mobile version