Kehamilan ektopik adalah kondisi hamil di luar kandungan atau rahim. Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi sperma akan menetap di saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim (tuba falopi) selama sekitar tiga hari sebelum dilepaskan ke rahim.
Kehamilan dapat terjadi, dimulai dari sel telur yang telah dibuahi. Ketika prosesnya normal, janin akan menempel di dinding rahim serta berkembang selama sembilan bulan. Tetapi, terdapat 2 persen sel telur yang sudah dibuahi menempel di organ selain rahim, sehingga disebut dengan kehamilan ektopik.
Tuba falopi adalah organ yang amat sering ditempeli sel telur tersebut. Sedangkan organ lain yang mungkin menjadi lokasi berkembangnya kehamilan tersebut, meliputi rongga perut, ovarium, dan leher rahim atau serviks.
Salah satu alasan mengapa terjadi kehamilan ektopik, yaitu adanya kerusakan tuba falopi, misalnya karena inflamasi. Kerusakan ini bisa menghalangi sel telur yang dibuahi untuk masuk ke rahim, sehingga akhirnya menempel pada tuba falopi itu sendiri atau organ lain. Selain itu, kadar hormon yang perkembangan abnormal ketika wanita sedang mengandung, terkadang juga bisa sebagai pemicu.
Seperti di saluran telur (tuba fallopi), indung telur (ovarium), leher rahim (servik), bahkan di rongga perut (cavum abdomen). Dengan prevalensi kejadian tersering pada saluran tuba (95-96 persen). Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan angka kejadian kehamilan ektopik, di antaranya:
- Riwayat kehamilan serupa sebelumnya. Angka kekambuhan sebesar 15 persen setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat 30 persen setelah kehamilan ektopik kedua.
- Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil KB. Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4 persen). Pil yang mengandung hormon proges teron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil KB dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) ke dalam rahim.
- Kerusakan dari saluran tuba. Sel telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan sel telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat me nyebabkan gangguan saluran tuba. Diantaranya gaya hidup (merokok), riwayat aborsi (keguguran), riwayat bedah caesar, dan memiliki banyak mitra seksual.
Proses penanganan kehamilan ektopik tergantung dari seberapa dini kehamilan tersebut terdeteksi. Jika kondisi hamil di luar kandungan berhasil dideteksi sejak dini, Mom bisa menghindari risiko pecahnya tabung falopi.
Pada kondisi ini, biasanya penanganan bisa dilakukan dengan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan jaringan kehamilan, operasi laparoskopik untuk mengangkat embrio, atau membuat sayatan pada tuba falopi demi menjaga kesehatannya.
Peluang untuk dapat menjalankan kehamilan yang normal setelah hamil ektopik mungkin berkurang, namun semuanya bergantung pada sejarah kesehatan seorang Bunda sendiri. Jika tuba falopi tidak diangkat saat operasi, Bunda masil memiliki kesempatan 60% untuk memiliki anak.