D-dimer atau fibrin degradation fragment merupakan jenis pada uji sampel darah yang dilakukan di laboratirum untuk tujuan membantu diagnosis dari suatu penyakit serta kondisi pemicu hiperkoagulabilitas.
Hiperkoagulabilitas adalah kondisi di mana darah mempunyai kecenderungan untuk membeku dalam ukuran yang lebih besar atau tidak normal.
Belakangan beredar kabar jika D-dimer erat kaitannya dengan pasien COVID-19. Dahlan Iskan, salah satu orang yang menyoroti hal ini.
Melalui pengakuan dari penyintas COVID-19 yang terinfeksi virus Corona pada Januari kemarin, Dahlan Iskan menuliskan mengenai D-dimer.
Menurut mantan menteri BUMN ini, pasien COVID-19 tersebut memiliki tingkat D-dimer dalam darah yang jauh lebih tinggi dari angka normal, yaitu 2.600. Sementara angka normal D-dimer maksimum adalah 500.
Selain itu, Dahlan juga menuliskan mengenai pasien COVID-19 yang meninggal di Semarang. Diketahui, pasien tersebut telah sembuh dan dinyatakan negatif COVID-19.
Hal serupa juga terjadi pada pasien dengan nama Santoso ini. Setelah sehari dinyatakan negatif COVID-19, bukannya membaik justru mengalami gejala sesak napas.
Dalam pemeriksaan, D-dimer yang dimiliki oleh Santoso tembus hingga angka 6.000.
Dari kondisi tersebut, ia dirawat di ICU non-COVID-19 dan tidak pernah keluar dari ruangan itu hingga akhirnya dinyatakan meninggal pada 1 Januari.
3 Fakta Mengenai D-dimer
Melalui tulisan Dahlan Iskan mengenai D-dimer pada pasien COVID-19, berikut 3 faktanya:
1. Apa itu D-dimer
D-dimer adalah salah satu jenis uji sampel darah yang bertujuan untuk mengenali lebih lanjut melalui diagnosis sekaligus membantu dalam pencarian dari penyebab hiperkoagulabilitas atau pembekuan darah.
Pada keadaan normal, setiap darah akan dibekukan saat terjadi luka untuk menghentikan pendarahan. Selain pembekuan, tubuh juga dapat melakukan pengencerah darah.
Melalui pengujian sampel, dokter dapat mengetahui penyebab pembekuan atau pengenceran darah.
2. D-dimer pada Pasien COVID-19
Pasien COVID-19 mempunyai risiko mengalami pembekuan darah lebih tinggi daripada pasien non-COVID-19.
Hal tersebut terjadi karena reaksi imunitas atau sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi virus Corona yang dapat menyebabkan koagulopati atau gangguan pembekuan darah.
Pembekuan darah pada pasien COVID-19 dapat berakibat fatal, pasalnya bisa menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah dari jantung ke paru-paru.
3. Mengatasi dan Mengendalikan D-dimer
Menerapkan gaya hidup sehat seperti akitf bergerak atau rutin olahraga dengan diimbangi mengonsumsi makanan sehat maka risiko mengalami masalah pembukuan darah dapat diturunkan.
Perawatan pasien COVID-19 yang mempunyai angka D-dimer terlalu tinggi harus selalu dipantau secara berkala oleh dokter.
Pemberian obat-obatan mungkin diperlukan agar tidak mengalami hiperkoagulabilitas yang berisiko menyebabkan masalah serius.

Baca juga:
- Vaksin COVID-19 Bisa Sebabkan Kemandulan pada Wanita?
- 5 Gejala COVID-19 yang Jarang Disadari, No. 5 Wajib Waspada
- Indonesia Waspadai Virus D614G, Mutasi COVID-19 yang Paling Menular
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/D-dimer (Diakses 10 Februari 2021)