Saat banyak negara saling berebut mengamankan stok vaksin COVID-19 hingga jutaan dosis, salah satu negara miskin ini hanya mendapatkan jatah 25 dosis vaksin saja.
Bukan 25 juta, bukan pula 25 ribu melainkan hanya 25 dosis vaksin COVID-19 saja yang diperoleh negara berpenghasilan rendah.
Fakta tersebut diungkap langsung oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui situs resmi WHO pada Rabu (20/1/2021).
Menurut Tedros, dunia saat ini tidak hanya sedang dilanda krisis kesehatan akibat COVID-19 saja melainkan juga sedang berhadapan dengan krisis moral.
Krisis moral ini dapat menjadi bencana yang akan menghilangkan nyawa dan harapan dari orang-orang di negara miskin.
WHO kerap mewanti-wanti jika vaksin tidak didistribusikan secara merata ke seluruh negara maka pandemi COVID-19 tidak akan segera berakhir.
Jurang kesenjangan antara negara kaya dan miskin begitu mencolok dalam urusan suplai vaksin COVID-19.
Diketahui sebanyak 39 juta dosis vaksin COVID-19 telah digunakan di 49 negara dengan penghasilan tinggi, sedangkan beberapa negara berpenghasilan rendah sangat sulit mendapatkan vaksin.
Adalah Republik Guinea, salah satu negara berpenghasilan rendah yang hanya mendapatkan 25 dosis vaksin COVID-19 dan seluruhnya telah digunakan.
Sebanyak 25 orang termasuk presiden Republik Guinea telah melakukan vaksinasi pada pekan kemarin.
Vaksin yang digunakan oleh negara tersebut adalah vaksin Sputnik V, vaksin ini dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology Rusia.
Dalam uji coba fase III yang melibatkan sebanyak 22.714 orang, Sputnik V diklaim mempunyai kemanjuran hingga 91 persen mengatasi COVID-19.
Kendati begitu, vaksin Sputnik V sempat mendapatkan kritik dari media dan komunitas ilmiah mengenai keamanan serta kemanjuran vaksin tersebut.
Baca juga: