Penyebab Perawat Terus Tertular Covid-19 – Jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia terus bertambah di tengah pandemi virus corona. Pemerintah menegaskan telah berkomitmen untuk menyalurkan alat pelindung diri atau APD, namun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan tenaga kesehatan di lapangan masih kekurangan APD.
Setiap hari pekerja kesehatan bertemu dengan pasien dan banyak orang di rumah sakit. Tanpa alat pelindung diri yang memadai, mereka sangat berisiko tertular virus dari pasien atau sebaliknya menularkan virus kepada orang yang di rumah sakit. Itu cukup berisiko karena sekitar 70% orang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala umum.
Situs resmi COVID-19 tidak memberikan informasi ihwal profesi dan pekerjaan pasien yang terinfeksi dan pasien dan orang dalam pengawasan. Tanpa data terbuka kita sulit mengukur level risiko yang dialami para petugas kesehatan kita baik yang menangani pasien COVID maupun non-COVID.
Para pakar menyebut jumlah virus yang dihadapi pekerja medis selama pandemi Covid-19 adalah penyebab utama kerentanan mereka. Saat masuk ke tubuh pasien, virus akan menginvasi sel dan melipatgandakan diri. Selama beberapa hari setelahnya, jumlah virus itu akan terus bertambah.
Dokter dan perawat kerap berkontak erat dengan orang-orang yang terpapar dan membawa virus. Artinya, pekerja medis itu berhadapan dengan virus dalam jumlah besar.
Penyebab Perawat Terus Tertular Covid-19
Tingginya angka penularan dan kematian yang menimpa para tenaga kesehatan sangat mengkhawatirkan. Sebab, usaha pemerintah selama ini untuk menambah kapasitas layanan kesehatan dengan menyediakan RS khusus Covid-19, menyediakan RS Rujukan, serta menambah peralatan medis seperti ventilator, pada akhirnya akan sia-sia jika sumber daya tenaga kesehatan tidak tersedia.
Editorial jurnal Hospital Infection dan WHO menyatakan tingginya angka risiko terhadap tenaga kesehatan disebabkan, antara lain, oleh faktor lama terpapar dan jumlah paparan virus.
Faktor tersebut diperparah dengan kelangkaan APD, kurangnya pengetahuan terkait penggunaan APD serta banyaknya kasus pasien yang tidak jujur ketika berobat akibat takut terhadap stigma.
Fakta-fakta tersebut sangat menyesakkan dada karena semua faktor penyebab tersebut dapat dicegah. Untuk mencegah semakin besarnya masalah, pemerintah perlu fokus pada sejumlah langkah.
Fokur pertama, mengatasi ketidakjujuran pasien akibat takut terkena stigma sosial dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pelibatan para tokoh masyarakat, tokoh agama, selebritis hingga mereka yang telah sembuh dari COVID-19 menjadi penting dalam upaya menggalang dukungan sosial melawan stigma di masyarakat.