Studi First Month of Covid-19 Vaccine Safety Monitoring menyebutkan sebanyak 62 persen hingga 79 persen wanita dilaporkan mengalami efek samping ringan hingga berat setelah menerima vaksinasi COVID-19.
Temuan serupa juga dilaporkan dalam studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) jika wanita lebih berisiko mengalami efek samping vaksin COVID-19.
Dalam penelitiannya, dilibatkan sebanyak 13.794.904 orang Amerika diberikan vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna untuk tahap pertama.
Kemudian studi dilakukan dengan mencatat reaksi yang ditimbulkan oleh vaksin kepada para penerima vaksin COVID-19 pada rentang waktu 14 Desember 2020 sampai 13 Januari 2021.
Dari rentang waktu tersebut didapatkan aduan dari para sukarelawan melalui sistem pelaporan kejadian buruk vaksin (VAERS) atau sistem yang digunakan untuk mengetahui efek samping vaksin.
Kebanyakan efek samping dari vaksin Pfizer dan Moderna yang dialami para sukarelawan berupa pusing atau sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, nyeri lengan, hingga 62 kasus anafilaksis lainnya.
Risiko terburuk dari efek samping vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna adalah kematian. Dilaporkan sebanyak 113 orang mengalami kematian setelah mendapatkan vaksin pertama.
Dari ratusan orang tersebut juga termasuk 78 orang yang mendapatkan fasilitas perawatan jangka panjang saat menjalani uji coba vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna.
Tidak berhenti pada fase pertama, efek samping juga tetap dialami oleh para sukarelawan setelah mendapatkan vaksin COVID-19 Pfizer dan Moderna untuk yang kedua kalinya, di mana sebanyak 62,1 persen merupakan wanita.
Menurut penjelasan dari para ahli mengenai fenomena tersebut adalah adanya perbedaan pada sistem kekebalan tubuh pria dan wanita, terlebih jika tengah mengalami kehamilan.
David Wohl seorang dokter penyakit menular dari University of North Carolina menjelaskan bahwa penyakit autoimun pada wanita jauh lebih banyak daripada pada pria.
Sementara menurut Sabra Klein seorang ahli mikrobiologi dan imunologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg mengatakan jika perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap reaksi vaksin.
Menurut Klein, efek samping yang dipengaruhi oleh jenis kelamin tersebut adalah hal yang normal dan sesuai dengan laporan studi di masa lalu mengenai vaksin COVID-19.
Baca jgua: