Vaksin Nusantara merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan di dalam negeri dengan berbasis sel dendritik autolog dan bersifat T-Cells.
Dalam kata lain, vaksin yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan Terawatan Agus Putranto tersebut bisa berlaku seumur hidup.
Seperti dalam hasil pengujian Vaksin Nusantara bahwa vaksin dapat menciptakan sistem kekebalan atau antibodi untuk bertahan lebih lama bahkan bisa seumur hidup.
Pengujuian Vaksin Nusantara tersebut juga dibantu oleh peneliti asal Amerika Serikat yaitu AIVITA Biomedical.
Metode pengembangan vaksin Nusantara menggunakan basis sel dendritik autolog atau salah satu kompoenen yang ada pada sel darah putih ini bukanlah hal baru.
Sel dendritik sudah lama digunakan dalam pengobatan penyakit kanker dan penyakit degeneratif.
Kendati demikian, penggunaan sel dendritik dalam pengembangan vaksin COVID-19 merupakan yang pertama di dunia.
Pasalnya pengembang vaksin kebanyakan menggunakan metode mRNA, adenovirus, virus inactivated, atau protein rekombinan.
Prosedur Vaksinasi COVID-19 Menggunakan Vaksin Nusantara
Berbeda dengan vaksin COVID-19 lainnya, yang mana satu vaksin bisa untuk semua orang, pada vaksin COVID-19 Nusantara ini nantinya bersifat individu.
Jadi, setiap orang yang hendak disuntik vaksin Nusantara terlebih dahulu akan diambil sampel darahnya.
Dari sampel darah tersebut kemudian hanya akan diambil sel darah putih dan sel dendritiknya saja.
Kedua sel tersebut digunakan untuk dipaparkan dengan kit vaksin selama 3 sampai 7 hari. Tujuannya agar sel dapat mengenali antigen pada virus.
Tahap akhir yaitu mengembalikan sampel darah yang telah dipaparkan dengan kit vaksin ke tubuh pemiliknya.
Sel dendritik kemudian akan memancing sel imun lainnya di dalam tubuh untuk membentuk sistem memori pertahanan teerhadap virus COVID-19.
Lebih Hemat dan Menguntungkan
Pengembangan vaksin Nusantara yang dilakukan di dalam negeri akan menghemat pengeluaran devisa negara.
Selain tidak lagi melakukan import vaksin secara besar-besaran, vaksin COVID-19 ini juga dapat menghindari potensi adanya stok yang tidak terpakai.
Hal itu karena vaksin dikembangkan berdasarkan sel dendritik pada masing-masing individu atau dalam artian bersifat personalized.
Pun keuntungan lainnya juga tidak akan ada lagi biaya pengiriman dan penyimpanan vaksin yang memakan waktu serta keamanan ekstra.

Baca juga: