Kabar mengejutkan dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China (CCDC) mengenai efektivitas vaksin Corona yang mereka kembangkan tidak efektif lawan infeksi COVID-19.
Hal tersebut akui langsung oleh Gao Fu Direktur CCDC jika vaksin yang tersedia saat ini tidak mempunyai efikasi atau perlindungan yang tinggi terhadap virus Corona.
“Vaksin yang tersedia saat ini tidak mempunyai perlindungan yang cukup tinggi,” ucap Gao seperti dilansir dari Reuters.
Seperti yang diketahui, Negeri Tirai Bambu ini telah mengembangkan setidaknya empat vaksin COVID-19. Di mana dua diantaranya telah berhasil diekspor keluar negeri.
Vaksin Sinovac dan vaksin Sinopharm, keduanya telah diuji coba di berbagai negara seperti Brasil, Turki, dan Indonesia.
Uji coba vaksin Sinovac di masing-masing negara mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Berikut hasil uji coba vaksin Sinovac di berbagai negara:
- Uji coba vaksin COVID-19 Sinovac di Indonesia mempunyai efikasi sebesar 64 persen.
- Uji coba vaksin COVID-19 Sinovac di Brasil mempunyai efikasi sebesar 50,4 persen.
- Uji coba vaksin COVID-19 Sinovac di Turki mempunyai efikasi sebesar 83 persen.
Sedangkan pada uji coba vaksin Sinoparm, pihak pengembang belum mengeluarkan hasil final.
Kendati demikian, dua unit vaksin Sinoparm dilaporkan mempunyai efikasi sebesar 79,4 persen dan 72,5 persen.
Sayangya, hasi tersebut merupakan hasil untuk sementara. Sehingga kemungkinan berubah masih sangat mungkin terjadi.
Membuat Vaksin COVID-19 yang Baru
Mendapatkan fakta jika vaksin COVID-19 yang tersedia saat ini tidak memberikan perlindungan cukup tinggi dan efektif untuk melawan infeksi virus Corona, CCDC berencana untuk mempertimbangkan langkah baru.
Melansir dari AP News, CCDC sedang dalam proses mempertimbangkan apakah hendak menggunakan vaksin baru atau tetap vaksin yang telah ada dengan berusaha meningkatkannya.
Meski belum ada keputusan atau informasi resmi dari CDC, beberapa pejabat mengatakan bahwa saat ini mereka tengah mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA.
Pengembangan vaksin COVID-19 mRNA sebenarnya telah jamak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan farmasi di Eropa dan Amerika seperti Pfizer-BioNTech serta Moderna.
Sementara sampai saat ini belum ada satupun perusahaan farmasi asal China yang mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis mRNA.
Baca juga: