Demensia adalah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat, berpikir, dan berkomunikasi sehingga memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya. Penyebab demensia adalah Alzheimer yang terjadi secara bertahap dan jika sudah sangat buruk maka kondisi ini dapat disebut dengan penyakit pikun.
Pada kondisi terburuk, demensia dapat menyebabkan penderitanya mengalami gangguan kepribadian yang berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Bahkan untuk sekadar berdiri atau berjalan harus membutuhkan bantuan oleh orang lain, tak jarang penderita Alzheimer atau demensia sering didampingi oleh perawat lansia.
Hal tersebut karena kebanyakan kasus demensia dialami oleh orang tua yang telah berusia di atas 65 tahun (lansia). Meski begitu, penyakit ini dapat terjadi kepada siapa saja, bahkan kepada mereka yang berusia di bawah 65 tahun atau disebut dengan istilah younger onset demnetia.
Penyakit demensia dapat menyebabkan perubahan otak yang tidak normal. Terjadinya perubahan otak tersebut mengakibatkan kemampuan dalam berpikir atau kognitif menjadi terganggu.
Kondisi tersebut juga memengaruhi perubahan suasana hari, perilaku dan hubungan antar anggota keluarga karena penderita demensia kerap mengalami halusinasi dan tidak mengingat siapa saja bahkan dirinya sendiri.
Baca juga: 7 Tahap Penyakit Alzheimer, Nomor 1 Tidak Disadari
Penyebab Demensia
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah kerusakan atau kematian pada sel-sel yang ada di otak. Hal ini mengakibatkan otak mengalami ketidaknormalan dan memengaruhi proses berpikir, berperilaku hingga menyebabkan perubahan perasaan secara ekstrem.
Bagian-bagian otak mempunyai fungsinya tersendiri, sehingga jika salah satu bagian otak mengalami kerusakan maka dapat memengaruhi fungsi tertentu tidak berjalan, misalnya ingatan, penilaian, dan gerakan.
Faktor Risiko Demensia
Pada beberapa orang, penyakit demensia dapat berkembang selama bertahun-tahun sampai gejala timbul. Berikut ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti:
1. Usia
Usia mempengaruhi faktor risiko yang cukup besar untuk demensia. Rata-rata demensia terjadi kepada orang tua yang berumur di atas 65 tahun .
2. Genetik
Ada beberapa keluarga yang mempunyai penyakit bawaan dari generasi ke generasi. Hal ini sering terjadi di mana penyakit muncul relatif lebih awal.
Sebagian besar kasus, gen penyakit Alzheimer berpengaruh dalam risiko turun temurun. Jika orang tua atau anggota keluarga lain mempunyai riwayat penyakit Alzheimer atau demensia maka anak-anakanya akan cenderung mengalami penyakit yang sama di kemudian hari.
3. Kondisi Medis Tertentu
Sebagian penyakit yang meningkatkan risiko demensia termasuk diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kadar kolestrol yang tinggi.
Penumpukan cairan yang berlebihan dalam otak akibat infeksi atau tumor yang dapat mendukung demensia menjadi lebih berkembang.
4. Faktor lain
Kebiasaan buruk seperti merokok, jarang beraktivitas atau olahraga dan sering mengkonsumsi makanan tidak sehat mempunyai risiko mengalami demensia lebih tinggi.
Juga kekurangan beberapa jenis vitamin dan mineral seperti vitamin B1, vitamin B 6, vitamin B12 dan vitamin E dapat menyebabkan penyakit Alzheimer dan demensia menjadi lebih buruk.
Gejala Demensia
Gejala demensia pada awalnya hanya bersifat ringan, namun dengan seiring berjalannya waktu, kondisi demensia akan semakin memburuk dan menyebabkan berbagai gejala yang bermacam-macam seusai tahapannya.
Demensia Tahap 1
Penderita demensia tahap 1 belum mengalami gejala yang berarti, bahkan otak masih dapat berfungsi secara normal.
Pemeriksaan atau wawancara secara mendalam dengan dokter spesialis mungkin dapat mendeteksi adanya risiko demensia sejak dini.
Demensia Tahap 2
Pada tahap 2 ini, penderita akan mulai mengalami gangguan terhadap fungsi otak seperti sulit brekonsentrasi, mengingat nama dan berkomunikasi.
Tak jarang, penderita demensia tahap 2 akan mengalami kesulitan dalam menjalankan keshidapan sehari-hari khususnya dalam menyelesaikan pekerjaan.
Demensia Tahap 3
Demensia tahap 3 dapat menyebabkan penderita bingung bahkan lupa terhadap nama tempat atau jalan pulang. Tak jarang banyak penderita demensia tahap 3 akan tersesat di luar rumah.
Tidak hanya itu saja, penderita demensia tahap 3 mulai mengalami perubahan kepribadian yang lebih mengarah ke kurang bersemangat atau tertarik, sehingga sulit menampakkan ekspresi.
Demensia Tahap 4
Tahap 4 dari penyakit demensia akan menyebabkan penderitanya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mengenakan pakaian, mandi atau makan hingga buang air.
Demensia tahap 4 ini juga menyebabkan penderitanya sering mengalami halusinasi sehingga kerap berlaku atau berkomunikasi secara kasar kepada orang lain termasuk anggota keluarga sendiri.
Demensia Tahap 5
Pada tahap ini, penderita demensia benar-benar berada dalam kondisi yang buruk. Artinya penderita harus mendapatkan perawatan serta pendampingan dari orang lain atau perawat lansia untuk membantu aktivitas sehari-hari.
Demensia tahap 5 ini menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan dalam mobilitas seperti berdiri, duduk, tidur atau berjalan bahkan sudah lupa terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk anggota keluarga.
Gejala Penyakit Demensia Lainnya
1. Gangguan daya ingat
Gangguan pada daya ingat merupakan gejala umum para penderita demensia. Sebagian orang mengalami gangguan daya ingat segera dan jangka pendek.
2. Gangguan orientasi
Gejala satu ini sering kali dialami oleh banyak orang, sering merasa bingung dengan tempat dan waktu bahkan sulit mengenali orang yang ditemui merupakan gejala demensia.
3. Gangguan fungsi eksekutif
Gelaja pikun berikutnya yaitu sulit dan ragu-ragu saat mengambil keputusan. Kurang yakin atau ragu ragu pada sesuatu yang sudah diperbuat. Gejala ini cukup membahayakan, terutama pada orang yang sedang berkendara.
4. Gangguan kognitif
Terjadi gangguan dalam kemampuan berhitung, berbahasa dan lainnya. Kemampuan menghitung melemah, dan sulit untuk menyebutkan jawabannya dengan tepat.
Banyak orang yang mengalami pikun karena penyakit demensia, mereka yang mengalami hal tersebut akan mengurangi atau berhenti makan dan minum.
Karena bisa jadi lupa untuk makan dan berpikir bahwa mereka sudah makan. Perubahan waktu atau gangguan suara yang berisik juga dapat memengaruhi kegiatan mereka.
Diagnosis Demensia
Dibutuhkan serangkai pemeriksaan atau tes untuk mengetahui kepastian dari penyakit yang dialami dari gejala, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik hingga tes laboratorium.
Tidak sampai di situ, dokter dapat mengamati perubahan dalam berpikir, berperilaku dan berekspresi pada pasien sebelum akhirnya menentukan jenis penyakit yang dialami.
Dokter mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dalam menentukan penyakit, namun cukup sulit untuk menentukan jenis demensia yang dialami oleh pasien.
Dibutuhkan bantuan dari dokter spesialis lainnya seperti dokter ahli saraf atau gero-psikolog agar diagnosis demensia dapat menentukan jenis pengobatan atau perawatan yang tepat.
Pengobatan Demensia
Sampai saat ini belum ada obat demensia yang terbukti efektif mengobati, pengobatan hanya bertujuan untuk mencegah kondisi semakin memburuk atau menghambat laju kerusakan otak dan meringankan gejala serta mencegah komplikasi.
Terapi Demensia
Terapi khusus untuk penderita demensia bertujuan untuk mengelola gejala dan mengarahkan perilaku ke hal yang lebih positif. Ada pun terapi demensia adalah sebagai berikut:
- Stimulasi kognitif.
- Rehabilitasi kognitif.
- Terapi okupasi.
- Terapi ingatan.
Selain menjalani terapi khusus demensia, dukungan dari anggota keluarga kepada penderita demensia sangat dibutuhkan.
Tetap aktif berinteraksi dan berkomunikasi dengan penderita demensia menggunakan kalimat yang mudah dimengerti, bila perlu gunakan gerakan atau isyarat.
Komplikasi Demensia
Hilangnya fungsi dalam berpikir dan mengingat dapat menyebabkan penderita demensia tidak ingat apa pun, bahkan sering lupa kalau belum makan.
Tidak hanya itu saja, penderita demensia juga kerap lupa atau tidak sadar jika buang ari kecil atau besar di celana.
Komplikasi demensia dapat semakin memburuk jika tidak dikelola dengan baik, mulai dari risiko seperti:
- Malnutrisi atau kekurangan nutrisi sehingga berat badan turun drastis.
- Pneumonia.
- Risiko patah tulang atau cidera karena jatuh.
Pencegahan Demensia
Penyakit demensia dapat berisiko kepada siapa saja, meski sulit untuk dideteksi sejak dini, pencegahan demensia seperti menerapkan gaya hidup serta pola makan sehat dapat membantu memberikan kesehatan pada fisik khususnya otak.
- Rutin beraktivitas fisik seperti olahraga.
- Istirahat yang cukup.
- Konsumsi makanan sehat dan bergizi.
- Berhenti merokok.
- Kurangi minuman beralkohol.
- Perbanyak merangsang otak untuk terus berpikir kritis seperti membaca buku atau surat kabar.
Selain itu, lakukan pemeriksaan atau konsultasi kepada dokter secara berkala.
Baca juga: