Kabar duka menyelemitu dunia sepakbola, legenda asal Argentina Diego Maradona atau dikenal juga dengan ‘Si Gol Tangan Tuhan’ menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (25/11/2020) di usia 60 tahun.
Menurut beberapa kabar yang beredar, mantan pemain timnas negeri Tengo yang berhasil menjuarai piala dunia tahun 1986 tersebut meninggal akibat henti jantung.
Henti jantung (sudden cardiac arrest) adalah salah satu dari jenis penyakit jantung yang ditandai dengan jantung berhenti berdetak atau berhenti memompa darah secara tiba-tiba.
Kondisi tersebut mengakibatkan darah tidak bisa disalurkan ke seluruh tubuh. Jika tidak segera mendapatkan perawatan maka bisa merusak organ tubuh khususnya otak hingga risiko kematian.
Pertolongan pertama pada penderita henti jantung dapat dengan melakukan tindakan Cardiopulmonary Resustication (CPR) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Resusitasi Jantung Paru-paru.
Tindakan CPR dapat membantu mengaktifkan organ jantung agar kembali berdetak atau memompa darah. Selain CPR, tindakan pertolongan pasien henti jantung dapat dilakukan menggunakan alat kejut jantung yang biasa disediakan oleh rumah sakit.
Penyebab Henti Jantung
Berbicara mengenai henti jantung yang dialami oleh Maradona, penting untuk mengetahui penyebab dan faktor risikonya.
Menyadur dari Mayoclinic, berikut beberapa penyebab dan faktor risiko henti jantung yang wajib diwaspadai:
- Penyakit jantung koroner.
- Penyakit serangan jantung.
- Penyakit jantung membesar (kardiomiopati).
- Penyakit katup jantung.
- Penyakit jantung bawaan.
- Masalah listrik pada organ jantung.
Faktor Risiko Henti Jantung
Henti jantung tidak hanya disebabkan oleh kondisi organ jantung yang telah bermasalah, namun juga dapat dipicu oleh berbagai faktor risiko seperti:
- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung.
- Kebiasaan merokok.
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
- Kolesterol tinggi.
- Diabetes.
- Obesitas atau kegemukan.
- Tidak aktif bergerak atau jarang olahraga.
- Usia.
- Pria.
- Efek samping obat-obatan terlarang.
Konsultasikan dengan dokter apa bila mempunyai beberapa faktor risiko dibarengi dengan keluhan kesehatan yang mengarah pada gejala henti jantung.
Gejala Henti Jantung
Sebelumnya, kapten tim yang juara Piala Dunia tahun 1986 itu pernah menjalani operasi akibat pembekuan darah di otak pada 3 November lalu.
Hasilnya terbilang sukses, namun ia harus tetap menjalani perawatan dan pengawasan secara medis hingga akhirnya Rabu dini hari harus menyerah oleh penyakit henti jantung.
Ada pun beberapa gejala henti jantung yang berbahaya dan berisiko mengancam nyawa adalah:
- Dada terasa tidak nyaman.
- Sulit atau sesak napas.
- Lemas atau lemah.
- Jantung berdebar-debar (palpitasi).
- Tiba-tiba hilang kesadaran atau pingsan.
- Sistem pernapasan tidak berfungsi atau berhenti bernapas.
- Denyut nadi hilang atau berhenti.
Beberapa kasus, henti jantung tidak menimbulkan gejala sama sekali sehingga kerap disalah pahami yang mengakibatkan salah penanganan dan bisa berujung pada kematian.
Baca juga: