Negeri Ratu Elisabeth nampaknya harus lebih waspada dan sigap dalam mengatasi pandemi COVID-19, pasalnya beberapa varian baru virus Corona ditemukan di Inggris.
Sebelumnya, B.1.1.7 mutasi COVID-19 dengan kemampuan lebih mudah menular telah ditemukan oleh ilmuan di Inggris.
Bahkan mutasi COVID-19 B.1.1.7 diketahui telah menyebar ke setidaknya 70 negara termasuk menjadi penyebab 470 kasus di Amerika Serikat.
Baru-baru ini, ilmuwan kembali mengumumkan temuannya terhadap varian baru virus Corona yang disebut E484K.
Penyebaran COVID-19 E484K terjadi dengan spontan di Kent dan beberapa wilayah di Inggris.
Mutasi COVID-19 yang terjadi secara sporadis ini juga memungkinkan seseorang untuk kembali terinfeksi meski sebelumnya telah mengalaminya.
Baca juga: Indonesia Waspadai Virus D614G, Mutasi COVID-19 yang Paling Menular
Dikhawatirkan Kebal Terhadap Vaksin
Berdasarkan laporan dari Public Health England (PHE), mutasi COVID-19 E484K dikhawatirkan mempunyai kekebalan terhadap vaksin.
Hal senada juga dikatakan oleh Imuwan peneliti bidang epidemiologi di Yale School of Publich Health, Joseph Fauver.
Joseph mengatakan bahwa kejadian terhadap mutasi COVID-19 ini menjadi berita buruk untuk keefektivan vaksin.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, mereka menduga bahwa mutasi COVID-19 yang terus terjadi menyebabkan beberapa uji coba vaksin seperti di Afrika Selatan menjadi kurang efektif.
Menurunkan Kemanjuran Vaksin
Beberapa pengembang vaksin yang melakukan uji coba di Afrika Selatan seperti Johnson & Johnson dan Novavax mendapatkan hasil vaksinnya kurang efektif pada varian baru virus Corona.
Johnson & Johnson yang melakukan pengujian vaksin di Afrika Selatan hanya mampu memberikan hasil 57 persen efektif, sedangkan di Amerika Serikat bisa mencapai 72 persen efektif.
Hasil nyaris sama juga didapatkan pada pengujian vaksin Novavax fase 3 yang dilakukan di Inggris mendapatkan 89 persen efektif, sementara pengujian di Afrika Selatan hanya mendapatkan 60 persen efektif.
Para pengembang vaksin mengaitkan varian COVID-19 B1351 telah mengandung mutasi E484K, sehingga menurunkan kemanjuran vaksin.
Baca juga: