Berdasarkan atikel di blog Health and Money News menyebutkan vaksin COVID-19 mengandung bahan yang dapat membuat tubuh wanita merusak protein penting pada perkembangan plasenta sehingga berisiko menyebabkan kemandulan.
Vaksin COVID-19 yang dimaksud adalah vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Amerika Pfizer dan Jerman BioNTech atau lebih dikenal dengan vaksin Pfizer-BioNTech.
Informasi tersebut ditulis oleh Dr Michael Yodon seorang pensiunan dokter sekaligus mantan karyawan perusahaan Pfizer.
Kendati begitu, informasi yang dituliskan oleh Dr Yodon dinilai tidak mempunyai dasar dan sangat riskan disalahpahami oleh masyarakat.
Selain itu, informasi menyesatkan tersebut berisiko mengganggu program vaksinasi yang tengah berlangsung di berbagai negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Dr Yodon juga membuat kontroversi lain dengan mengganggap remeh pandemi COVID-19 serta mengatakan dengan terbuka jika vaksin adalah sebuah kesia-siaan belaka.
Baca juga: 5 Gejala COVID-19 yang Jarang Disadari, No. 5 Wajib Waspada
Benarkah Vaksin COVID-19 Dapat Menyebabkan Kemandul?
Menanggapi isu tersebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Direktur Program Imunisasi, Dr Kate O’Brien membantah apa yang ditulis oleh Dr Yodon.
Dr Kate bahkan membantah dengan tegas jika isu tersebut tidaklah benar, ia juga mengatakan isu seperti itu kerap kali muncul pada banyak vaksin lainnya dan selalu tidak terbukti benar.
Pengembangan setiap vaksin khususnya vaksin COVID-19 selalu melalui tahapan klinis yang ketat dan bisa dipertanggung jawabkan.
Hal ini terbukti dari beberapa kali uji vaksin COVID-19 yang menunjukkan efek perlindungan tubuh dari infeksi dan mencegah gejala parah terjadi.
Sehingga ketika seseorang telah divaksin dan kemudian mengalami infeksi COVID-19, maka gejala yang akan dialami tidak terlalu parah atau bisa dibilang gejala ringan.
Gejala ringan COVID-19 biasanya berupa nyeri pada bagian yang disuntik, pegal, kelelahan, mual, demam, dan tidak nafsu makan.
Bahan Vaksin Pfizer yang Dituding Jadi Penyebab Kemandulan
Selain WHO yang membantah informasi vaksin COVID-19 bisa menyebabkan kemandulan, pihak pengembang vaksin COVID-19 yaitu Pfizer juga turut angkat suara.
Melalui juru bicara perusahaan Pfizer, Jerica Pitts mengatakan tidak ada bahan pada vaksin Pfizer yang dapat menyebabkan kemadulan.
Vaksin Pfizer dibuat dengan bahan utama yaitu materi genetik yang dapat memicu sel tubuh manusia untuk menciptakan protein virus COVID-19 atau spike.
Adanya potein virus COVID-19 yang disebut spike tersebut akan mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus Corona saat memasuki tubuh.
Kemiripan Spike COVID-19 dengan Protein Plasenta
Dalam artikel yang ditulis oleh Dr Yodon menyebutkan protein yang ada pada vaksin COVID-19 mirip seperti jenis protein plasenta.
Hal tersebut dikhawatirkan bisa menyebabkan sistem kekebalan tubuh salah untuk menyerang, bukannya menyerang spike COVID-19 malah protein plasenta.
Lagi, klaim Dr Yodon tersebut dibantah oleh ahli imunologi dan ahli imunitas ibu dan bayi, Stephanie Dr Langel dari Duke Univerisity.
Dr Langel menegaskan spike COVID-19 dengan protein plasenta tidak mempunyai kesamaan sama sekali, sehingga vaksin COVID-19 tidak akan menyebabkan kemandulan.
Baca juga: