Ilmuwan menyatakan China dan sejumlah negara Asia seperti Korea Selatan dan Singapura, mesti waspada terhadap potensi gelombang kedua Virus Corona.
Wabah virus Corona (Covid-19) makin mengkhawatirkan. Pasalnya, virus ini paling banyak menginfeksi orang di China. Tapi belakangan WHO mengonfirmasi kini lebih banyak kasus baru tercatat di luar China.
WHO mencatat sebanyak 411 kasus baru virus Corona terjadi di China. Sementara itu, beberapa negara lain melaporkan 427 kasus baru. Masifnya infeksi virus ini bahkan membuat Arab Saudi menerbitkan larangan umrah dan terancam batalnya pagelaran agenda-agenda internasional.
Status lockdown di Kota Wuhan, Tiongkok, di mana kasus virus corona bermula, akan dicabut sebagian mulai tanggal 8 April 2020 mendatang. Sejalan dengan itu, pembatasan perjalanan di seluruh Provinsi Hubei pun akan dicabut mulai tengah malam pada hari Selasa bagi penduduk yang sehat.
Kendati demikian, adanya kabar gembira tersebut tak lantas menghilangkan rasa khawatir. Sebab saat ini banyak laporan di mana banyak penderita terjangkit virus corona tidak menunjukkan gejala.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan dr. Alexander K. Ginting meminta Indonesia bersiaga soal kemungkinan gelombang kedua Virus Corona. Adapun gelombang pertama terjadi pada Januari 2020 di Wuhan.
Kemungkinan gelombang kedua ini juga perlu diwaspadai lantaran menurut Alexander ada perubahan mutasi virus yang kini tersebar di banyak belahan dunia. Pasalnya, ada kalanya penderita Covid-19 tak menunjukkan gejala.
Dilansir dari South China Morning Post, di Provinsi Henan, pusat China bahkan melakukan tindakan drastis seperti menerapkan lockdown total. Pihak otoritas mencoba untuk menangkis gelombang virus corona kedua di tengah dorongan untuk kembali memulihkan perekonomian China.
Di wilayah Jia juga diterapkan jam malam, khususnya di dekat kota Pingdingshan yang dihuni sebanyak 600 ribu penduduk. Mereka semua diminta untuk tetap berada di rumah berdasarkan arahan otoritas setempat yang dilansir dari akun resmi Mikroblog China.
Jika gelombang kedua datang, Cowling memprediksi akan muncul pada akhir April 2020 di China. Sebelumnya, sebuah simulasi pemodelan di Inggris menunjukkan jika China melakukan perpanjangan lockdown, maka bisa menekan potensi wabah Covid-19 gelombang kedua.
Peneliti dari London School of Hygiene & Tropical Medicine memperkirakan apabila pemerintah membuka sekolah dan tempat kerja pada Maret, gelombang kedua puncak corona akan terjadi pada akhir Agustus.