Depresi pada lansia, adalah penyakit atau gangguan mental pada orang lanjut usia.
Emosi dan mood sedih yang terjadi beberapa kali memang normal. Namun, kalau berkepanjangan bukanlah hal yang normal bagi lansia sekalipun.
Depresi yang merupakan masalah mental paling banyak ditemui pada lanjut usia (lansia) membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang pada aspek fisik, mental dan sosial.
Di samping itu, depresi harus diwaspadai dan dideteksi sedini mungkin karena dapat mempengaruhi perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup pasien.
Penyebab Depresi pada Lansia
Berikut beberapa penyebab depresi pada lansia:
1. Masalah Kesehatan
Masalah-masalah kesehatan seperti penyakit kronis atau berat, dan penurunan fungsi kognitif dapat berpengaruh pada depresi.
2. Ketakutan
Ketakutan akan kematian ataupun cemas karena masalah keuangan dan masalah kesehatan juga dapat berpengaruh pada depresi.
3. Berkurangnya Tujuan Hidup
Setelah pensiun, lansia umunya akan merasa kehilangan identitas dan kepercayaan diri yang dapat meningkatkan risiko depresi. Selain itu, keterbatasan fisik karena pengaruh usia dapat mempengaruhi tujuan hidup lansia.
4. Kesepian
Hidup sendirian, lingkaran pertemanan dan sosial yang mengecil dapat memicu depresi. Berduka karena kematian teman atau anggota keluarga dan kehilangan pasangan merupakan penyebab umum terjadinya depresi.
Faktor Risiko pada Lansia
Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain:
- Faktor biologik, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik.
- Faktor psikologik pencetus depresi, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal.
- Stress kronis
- Penggunaan obat
Gejala Depresi pada Lansia
Gejala klinis depresi pada lansia memang agak berbeda dibandingkan gejala depresi pada dewasa muda. Beberapa lansia yang menderita depresi bahkan tidak melaporkan perasaan sedih sama sekali.
Namun, gejala yang sering muncul antara lain:
- Perasaan tidak senang terhadap kehidupannya
- Perasaan bahwa dirinya tidak berguna atau perasaan bersalah
- Gangguan tidur, gangguan memori dan konsentrasi
- Kelelahan
Gejala-gejala seperti nyeri otot atau nyeri sendi juga kerap ditemukan. Beberapa gejala di atas sering disalahartikan sebagai bagian dari proses penuaan dan merupakan hal yang dianggap wajar sehingga tidak mendapatkan perhatian yang serius.
Apabila kita menemui orang tua dengan gejala-gejala di atas, apalagi pada orang tua yang telah lama menderita penyakit kronis, ada baiknya kita juga menyarankan mereka untuk memeriksakan kesehatan jiwanya.
Pencegahan
Perlu dilakukan untuk mewaspadai depresi, terutama pada lansia dengan penyakit degeneratif, lansia yang menjalani perawatan lama di rumah sakit, lansia dengan keluhan somatis kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan serta lansia dengan isolasi sosial.
Pencegahan yang dapat dilakukan:
- Melakukan Aktifitas fisik
- Bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang baru
- Bergabung dengan komunitas sosial
- Melakukan perjalanan atau trip
Depres seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan, dan sebagainya. Depresi juga dapat tampil dalam bentuk perilaku agitatif, ansietas atau penurunan fungsi kognitif.
Penanganan dan Pengobatan
Ada beberapa cara dalam pengobatan depresi pada lansia, yaitu:
- Pendampingan perawat lansia
- Obat-obatan
- Psikoterapi
- Konseling
- Prosedur stimulasi otak
- Menghadiri kelompok dukungan
Apabila kita memiliki orang tua atau kakek-nenek, terutama yang hidup sendiri, tidak ada salahnya jika kita sering-sering bertanya kabar atau mengunjungi mereka.
Suasana kekeluargaan, bahkan sedikit perhatian, akan memberi secercah kebahagiaan pada hati para lansia dan menghindarkan mereka dari depresi.
Baca juga:
- Kenali Macam-Macam Penyakit Mental agar Tak Salah Paham
- 7 Komplikasi Alzheimer. Segera Ke Dokter Jika Nomor 7 Terjadi
- Pengertian Kesehatan Mental dan Cara Menjaganya
Referensi:
- https://www.webmd.com/depression/guide/depression-elderly#1