Penyakit delirium adalah suatu sindrom, dengan gejala gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif, seperti mengalami penurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
Sindrom ini juga merupakan suatu keadaan yang yang bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak, dimana penderita mengalami penurunan kemampuan dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih. Prevalensi kejadian delirium saat ini berada di kisaran 23% untuk pasien rawat inap.
Apa Itu Penyakit Delirium?
Delirium merupakan fenomena kompleks, multifaktorial, dan memengaruhi berbagai bagian sistem saraf pusat. Salah satu mekanisme terjadinya sindrom ini adalah defisiensi neurotransmitter. Selain itu, hipoglikemia dan hipoksia juga berperan dalam terjadinya delirium. Defisiensi asetilkolin dapat mengganggu transmisi neurotransmitter di otak.
Pengidap delirium akan mengalami gangguan emosional seperti mudah gelisah, takut, mudah tersinggung, depresi, apatis, dan perubahan mood mendadak. Gejala-gejala tersebut biasanya akan semakin memburuk saat malam hari, atau ketika suasana di sekitar menjadi gelap, sehingga membuat pengidap sindrom ini merasa asing dengan lingkungan sekitarnya.
Jenis-Jenis Penyakit Delirium
Berikut beberapa tipe dari gangguan kesadaran atau delirium, antara lain:
- Delirium Hiperaktif, pada jenis ini seorang pengidap akan lebih mudah merasa gelisah, seperti perubahan suasana hati hingga halusinasi.
- Delirium Hipoaktif, seorang pengidap akan lebih mudah merasa lelah atau depresi, tampak linglung juga berkurangnya keaktifan dari biasanya
- Delirium Campuran, jenis ini memiliki gejala dan tanda seperti hiperaktif dan hipoaktif. Secara cepat pengidap akan beralih atau bergantian mengalami gejala diantara keduanya,
Penyebab
Delirium bisa memiliki penyebab yang berbeda. Para ahli medis pun tidak mengetahui apa penyebab pasti dari gangguan kesadaran ini. gangguan ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor yang mengakibatkan otak rentan dan memicu terjadinya malfungsi pada aktivitas otak.
Delirium dapat menyebabkan konsekuensi serius dan jangka panjang. Delirium dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, peningkatan jatuh, peningkatan gangguan kognitif dan fungsional jangka pendek dan jangka panjang
Penyakit ini kemungkinan juga disebabkan lebih dari satu penyebab, salah satunya kombinasi antara kondisi medis dan kombinasi obat yang dapat memicu gangguan kesadaran ini.
Berikut ini beberapa penyebab delirium, meliputi:
- Malnutrisi atau dehidrasi
- Paparan toksin
- Infeksi seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih
- Dehidrasi
- Tumor otak
- Trauma kepala
- Gagal ginjal atau hati
- Kandung kemih penuh dan bahkan konstipasi
- Kurang tidur atau tekanan emosional
- Obat asma
- Obat steroid atau kortikosteroid
- Obat untuk mengobati kejang
- Atau obat-obat tertentu lainnya
Faktor resiko penyebab delirium pada pasien rawat inap digolongkan dalam 2 jenis, yaitu:
- faktor pendukung, faktor ini yang menyebabkan delirium biasanya disebabkan karena adanya gangguan otak organik, seperti demensia (pikun), stroke, penyakit parkinson, usia lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel.
- Faktor pencetus, sementara pada faktor ini yang sering ditemui antara lain penggunaan obat lebih, infeksi, kurang cairan, keterbatasann gerak atau aktivitas, malnutrisi, dan pemakaian selang urine.
Gejala
Gangguan kesadaran ini tentunya memengaruhi pola tidur yang buruk, emosional yang tidak menentu hingga memperngaruhi pikiran.
Pengidap diawali dengan berbagai gejala, dan kasus yang ringan mungkin sulit untuk dikenali. Tingkah laku seseorang yang mengalami sindrom ini bervariasi, tetapi kira-kira sama seperti orang yang sedang mengalami mabuk berat.
Berikut beberapa gejala yang tentunya dialami oleh pengidap delirium, antara lain:
- Kehilangan kendali
- Kurangnya waktu tidur, hingga timbulnya rasa mengantuk yang berat atau ekstrem
- Berkurangnya memori jangka pendek
- Berbicara yang mengacau, tidak jelas serta sulit berpikir
Untuk menentukan diagnosis sindrom ini, dapat dilakukan melalui pengamatan yang teliti dari tampilan klinis penderita. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang sebenarnya tentang gambaran klinis delirium. Umumnya, penderita datang dengan keluhan berkurangnya atensi atau perhatian, gangguan psikomotor, gangguan siklus tidur dan terjadi dalam waktu pendek.
Pengobatan Delirium
Dalam pengobatan delirium bersifat individual untuk pasien. Penyebab delirium harus diketahui dan segera diobati. Misalnya, jika obat diyakini sebagai penyebabnya, maka konsultasikan ke dokter untuk menentukan obat alternatif apakah yang dapat digunakan. Infeksi dan ketidakseimbangan cairan atau elektrolit harus diobati.
Dalam kasus dengan perilaku yang dapat menyebabkan cedera pada pasien, obat-obatan harus digunakan dengan hati-hati. Obat-obatan yang termasuk, seperti antipsikotik, neuroleptik, dan obat penenang jangka pendek (jika mengalami penarikan). Terutama dalam menjalani pengobatan untuk pasien lanjut usia harus digunakan dengan sangat hati-hati.
Dokter akan meresepkan obat untuk mengobati penyebab delirium. Misalnya, jika seseorang mengalami infeksi bakteri yang tidak diobati, kemungkinan besar dokter akan meresepkan antibiotik.
Dokter mungkin meresepkan obat psikotropika dosis rendah untuk orang yang memiliki gejala parah atau berbahaya, seperti agitasi ekstrim atau menunjukkan perilaku kekerasan.
Maka dari itu, konsultasikan dengan dokter mengenai penyakit Anda dan bagaimana perkembangannya. Jika terjadi efek samping lainnya, dokter akan memahami apa penyebabnya dan segera ditangani dengan penanganan yang tepat.
Baca juga:
- Sindrom Sundowning Pada Lansia
- Sindrom Ovarium Polikistik, Penyakit Apa Itu?
- Sindrom Geriatri Pada Lansia Dan Kategorinya
Referensi:
- https://www.healthline.com/health/delirium