5 Jenis Obat untuk Menyembuhkan Penyakit Tuberkulosis (TBC)

Obat tuberkulosis

5 Jenis Obat dalam Pengobatan Penyakit Tuberkulosis (TBC). (Img: ATS)

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu TBC laten dan TBC aktif.

Penderita TBC laten tidak membutuhkan perawatan atau pengobatan khusus, pasalnya TBC laten tidak menyebabkan gejala dan juga tidak menular.

Sementara pada penderita TBC aktif wajib menjalani perawatan dengan mengonsumsi obat TBC minimal 6 bulan hingga benar-benar dinyatakan sembuh total oleh dokter.

Pengobatan TBC tidak boleh berhenti di tengah jalan dan harus sesuai dengan resep dokter, hal ini bertujuan untuk mencegah bakteri resisten terhadap obat.

Jika bakteri sampai resisten terhadap obat TBC, maka penyakit ini akan semakin sulit untuk disembuhkan.

Baca juga: 5 Jenis Makanan Khusus untuk Penderita TBC

Pengobatan TBC

Kunci kesembuhan dari pengobatan TBC adalah mematuhi dan tidak melanggar anjuran dokter dalam mengonsumsi obat TBC.

Lamanya pengobatan TBC tergantung dari kondisi pasien, semakin parah penyakit TBC maka semakin lama pula pengobatannya.

Dua Tahap Pengobatan TBC yang Benar

Cara menyembuhkan penyakit TBC harus ditangani oleh dokter, pengobatannya juga disesuaikan dengan kondisi pasien yang dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Pengobatan TBC Tahap Awal

Pengobatan TBC tahap awal atau dikenal juga dengan tahap intensif mengharuskan pasien mengonsumsi obat TBC setiap hari selama waktu yang ditentukan oleh dokter.

Kebanyakan, pengobatan TBC tahap awal dilakukan selama dua bulan dengan tujuan menekan sekaligus mengurangi jumlah bakteri TB.

Selain itu, tujuan dari pengobatan TBC tahap awal ini juga untuk menghentikan infeksi, sehingga penyakit tidak dapat menular ke orang lain.

Apabila pasien menjalani pengobatan TBC tahap awal ini dengan baik dan benar maka dalam waktu dua minggu, penyakit akan berstatus tidak menular (nonifeksi).

Obat yang digunakan dalam pengobatan TBC tahap intensif ini disesuaikan dengan kategori atau kondisi pasien.

2. Pengobatan TBC Tahap Lanjutan

Pada pengobatan TBC tahap lanjutan ini, pasien biasanya hanya akan diresepkan dua jenis obat TBC saja dengan dosis yang lebih rendah daripada pengobatan pada tahap intensif.

Kendati begitu, pengobatan tahap lanjutan ini akan berlangsung lama, setidaknya 6 sampai 9 bulan sesuai dengan kondisi keparahan TBC yang diderita oleh pasien.

Pengobatan TBC tahap lanjutan ini bertujuan untuk memastikan seluruh bakteri tb telah hilang dari tubuh sehingga tidak lagi menyebabkan infeksi ataupun gejala.

Beragam jenis obat TBC yang harus diminum oleh pasien pada tahap pengobatan TBC tahap lanjutan ini, yaitu:

1. Streptomisin

Streptomisin bekerja dengan cara mengganggu proses pembuatan protein bakteri yang terjadi saat bakteri sedang membelah diri.

Selain itu, penggunaan obat Streptomisin ini juga berfungsi untuk mencegah risiko terjadinya resistensi obat antituberkulosis.

Streptomisin tersedia dalam dua bentuk, yaitu oral dan ijeksi atau suntikan. Biasanya obat Streptomisin suntikan diberikan saat obat oral tidak lagi ampuh membunuh bakteri.

Efek samping penggunaan stretomisin sangat berisiko terhadap pasien dengan gangguan organ ginjal, gangguan pendengar, dan ibu hamil.

2. Isoniazid (INH)

Obat TBC isoniazid adalah salah satu jenis antituberkulosis yang paling banyak diresepkan guna membasmi bakteri hingga 90 persen dalam beberapa hari pengobatan tahap intensif.

Efek samping yang ditimbulkan dari Isoniazid berupa efek neurologis, efek hematologis, hipersentivitas, hepatotoksisitas, hingga gangguan pada sistem pencernaan.

3. Rifampisin (RIF)

Rifampisin merupakan antibiotik dari turunan rifamicin yang fungsinya hampir sama seperti Isoniazid. Meski begitu Rifampisin mempunyai fungsi untuk membunuh bakteri yang tidak bisa dibunuh menggunakan Isoniazid.

Biasanya bakteri dalam kondisi setengah aktif tidak dapat dibunuh menggunakan Isoniazid, oleh karena itu kerap dibutuhkan Rifampicin dalam pengobatan TBC.

Efek samping yang ditimbulkan dari Rifampisin meliputi gangguan pencernaan, gangguan sistem saraf pusat, gangguan menstruasi, hipersensitivitas, hingga perubahan warna urine.

4. Etambutol (EMB)

Obat TBC Etambutol merupakan antituberkulosis dengan fungsi untama menghentikan perkembangan sekaligus menghambat kemampuan bakteri dalam menginfeksi namun tidak sampai membunuh bakteri.

Etambutol harus atas resep dari dokter dan biasanya hanya khusus diberikan pada pasien yang resisten terhadap obat TBC. Kendati begitu, pasien yang memiliki risiko resisten rendah akan dihentikan mengonsumsi Etambutol.

Efek samping penggunaan Etambutol sedikit sulit dikenalikan dan kerap menyebabkan gangguan penglihatan, sakit kepala, sakit perut, hingga mual dan muntah.

Etambutol tidak direkomendasikan untuk mengobati TBC pada anak-anak berusia di bawah 8 tahun.

5. Pirazinamida (PZA)

Pirazinamida adalah obat TBC yang bekerja membunuh bakteri yang tersisa setelah dilawan oleh sel darah putih atau makrofag.

Selain menyapu bersih sisa bakteri penyebab tuberkulosis, Pirazinamida juga dapat membunuh bakteri lain yang ada pada sel pH asam.

Efek samping Pirazinamida dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, gangguan gastrointestinal, dan hiperurisemia atau peningkatan asam urat.

MHomecare adalah perusahaan layanan kesehatan home care satu-satu di Indonesia yang menjamin 100% seluruh tenaga kesehatan adalah perawat. Tersedia layanan home care utama seperti Perawat Lulusan S1 + STR, Perawat Pendamping Lansia serta Bidan atau Perawat Bayi. Dapatkan penawaran menarik khusus pembaca artikel ini, pesan sekarang!

Baca juga:

Pesan Perawat Home Care Profesional Tersedia 24 Jam/7 Hari

PERAWAT MEDIS, PERAWAT LANSIA, dan BIDAN

Dapatkan promo bebas biaya admin dan transportasi khusus pemesanan hari ini

Referensi:
https://www.cdc.gov/tb/topic/treatment/tbdisease.htm (Diakses 16 Februari 2021)
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/diagnosis-treatment/drc-20351256 (Diakses 16 Februari 2021)
Exit mobile version