Setiap orang tua pasti selalu berusaha sebaik mungkin untuk membasakan anak-anaknya, tumbuh sehat, dan berkepribadian baik.
Sayangnya, tidak sedikit kebiasaan orang tua yang justru menghambat atau mengacaukan tumbuh kembang anak.
Kebiasaan buruk orang tua dapat menyebabkan anak mempunyai masalah pada pertumbuhan atau perkembangan mental, pola pikir, dan bahkan fisik anak.
Baca juga: 6 Vitamin untuk Meningkatkan Barat Badan dan Tinggi pada Anak
10 Kebiasaan Orang Tua yang Berdampak Buruk pada Anak
Ketahui 10 kebiasaan buruk orang tua yang berdampak buruk pada anak berikut ini:
1. Mengabaikan Kesehatan Otak Anak
Orang tua sering luput dari kesehatan otak anak, bahkan tak jarang orang tua tidak tahu apa yang dilakukan dapat berdampak buruk pada otak anak.
Kesehatan otak anak sangat penting, saat otaknya bekerja dengan benar maka dapat membantu kehidupannya di kemudian hari.
Sementara jika kesehatan otaknya terganggu maka dapat menimbulkan berbagai masalah dalam pertumbuhannya.
Orang tua berperan penting untuk menjaga kesehatan otak anak. Hindari memberikan makanan rendah gizi, memberikan smartphone atau benda-benda yang tidak diperuntukan untuk usia anak.
Melansir dari Amenclinis, terdapat tiga citra atau gambar otak anak yang sehat, cidera otak, dan otak dengan Attention Deficit Disorder (ADD) atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
2. Jarang Beraktivitas Bersama Anak Secara Berkualitas
Membangun hubungan yang baik antara anak dan orang tua membutuhkan waktu bersama secara berkualitas. Jika orang tua abai terhadap kualitas waktu besama anak, maka hubungan anak dan orang tua dapat renggang dan bahkan tidak dekat sama sekali.
Tanggung jawab orang tua seperti bekerja memang tidak bisa ditinggalkan, namun bukan berarti orang tua dapat melewatkan waktu bersama anak.
Sisikan waktu setidaknya 20-30 menit setiap hari untuk melakukan aktivitas yang berkualitas bersama anak. Singkirkan semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan termasuk mengheningkan smartphone atau menjauhkannya selama bersama anak.
Bahkan dalam penelitian menunjukkan jika perilaku orang tua yang selalu bersama smartphone dapat menyebabkan anak berperilaku buruk untuk mencari atau mendapatkan perhatian orang tua.
Ada banyak hal yang dapat dilalui bersama anak selama 20-30 menit, mulai dari mendengarkan anak bercerita, melakukan hal-hal yang anak sukai, atau saling bercanda gurau.
3. Tidak Menjadi Pendengar Anak yang Baik
Anak-anak cenderung banyak bicara dan kadang selalu mengulangi perkataan yang sama sehingga kerap membuat orang tua enggan untuk menanggapinya lagi.
Bahkan orang tua malah menyuruh anak untuk berhenti atau malah memarahi anak jika terus menerus berbicara.
Kebiasaan orang tua yang tidak bisa menjadi pendar untuk anak seperti itu sangat tidak baik atau buruk.
Biarkan anak berbicara apapun, mulai dari hal sederhana, hal-hal tidak penting, dan lain sebagainya. Agar anak benar-benar mendapatkan perhatian dari orang tua, ucapkan kembali apa yang anak bicarakan.
4. Menilai Anak Buruk
Anak-anak sangat wajar melakukan hal-hal yang kurang tepat atau salah, sebagai orang tua maka harus mengedukasi mereka dengan baik.
Jangan pernah menilai kesalahan anak dengan hal-hal buruk seperti “anak anak” atau “anak bodoh”.
Penilaian buruk terhadap anak tersebut dapat memberikan dampak terhadap perkembangan mental dan pola pikir anak.
Orang tua sebaiknya memberikan penilaian positif dan jangan pernah memberikan penilaian buruk pada anak.
5. Memberiarkan atau Membela Kesalahan Anak
Orang tua selalu ingin melihat anaknya berbahagia, sampai-sampai orang tua membiarkan anak melakukan apapun hingga menyebabkan kerugian.
Pembiaran terhadap perilaku anak seperti ini sangat buruk. Apalagi ketika anak melakukan kesalahan malah mendapatkan pembelaan dari orang tua.
Memberikan aturan dan batasan yang jelas dapat membantu perilaku anak serta mencegah anak melakukan hal-hal buruk.
Terapkan aturan ini secara tegas tanpa kompromi namun dengan sikap orang tua yang penuh kasih sayang.
Sebagian besar anak yang kerap melakukan kesalahan atau hal-hal buruk cenderung mempunyai orang tua yang tidak memberikan aturan pada anak.
6. Gagal Mengawasi Anak dengan Baik
Gagal mengawasi anak dengan baik dapat berakibat buruk terhadap pertumbuhan anak. Berikanlah pengawasan yang berangkat dari niat peduli, bukan mencurigai.
Mengawasi anak dengan baik bukan berarti selalu harus tahu apa yang anak lakukan dan dengan siapa melakukannya.
Pola asuh pada anak membutuhkan pengawasan yang tepat namun jangan terlalu protektif. Pola asuh protektif disebut sebagai pola asuh helikopter.
Pola asuh helikopter dapat mengambat pertumbuhan dan potensi atau kemampuan yang dimiliki anak untuk berlajar terhadap banyak hal.
7. Tidak Menjadi Teladan yang Baik
Anak-anak adalah peng-copy ulung dari orang tua. Perilaku mereka mencerminkan orang tua. Apabila orang tuanya dapat menjadi teladan yang baik, maka anak-anak akan melakukan hal baik pula.
Sementara jika orang tua tidak dapat menjadi teladan yang baik maka anakpun cenderung melakukan seperti orang tuanya.
Jadilah orang tua yang ucapan dan tindakannya selaras. Apa yang orang tua ucapkan juga dia lakukan.
Jangan menyuruh anak-anak untuk memakan sayuran namun orang tua memakan junk food atau fast food.
Jangan melarang anak-anak untuk melakukan suatu hal namun orang tua malah melakukannya.
8. Menganggap Salah dan Membiarkan Hal Baik
Pada dasarnya, anak-anak sangat membutuhkan perhatian dari orang tua. Anak akan sangat senang mendapatkan respon positif ketika mereka melakukan hal baik.
Sayangnya, anak-anak belum dapat mencapai pemikiran yang matang, sehingga perlu untuk diberikan perhatian terhadap hal-hal yang salah pada anak.
Terkadang anak tidak tahu apa yang mereka lakukan salah atau benar, jika apa yang dilakukan anak salah maka beritahu namun jangan mengungkit kesalahan yang telah berlaku.
Jangan sampai anak selalu merasa bersalah dan menganggap hal baik yang bernah dia lakukan tak berarti di mata orang tua.
9. Mengabaikan Kesehatan Mental Anak
Orang tua wajib tahu kesehatan mental anak dalam setiap pertumbuhannya dan jangan sampai mengabaikan tanda-tanda adanya gangguan mental pada anak.
Ada banyak faktor risiko anak-anak mengalami gangguan terhadap kesehatan mental apalagi jika telah memasuki sekolah. Ada banyak anak dengan latar belakang yang berbeda-beda dan kondisi tersebut dapat saling berbenturan hingga kemudian muncul bully.
Bully dapat menyebabkan gangguan mental anak. Orang tua wajib untuk segera menyelesaikan masalah ini.
Selain itu, masalah kesehatan mental pada anak seperti ADD/ADHD, kecemasan, bipolar, depresi dan lainnya wajib mendapatkan penanganan medis dan pengobatan dari dokter.
10. Mengabaikan Kesehatan Diri Sendiri
Anak-anak ingin selalu melihat orang tuanya sehat dan selalu berada di sampingnya. Namun apa jadinya jika kesehatan orang tua terganggu?
Selain wajib merawat anak, orang tua juga harus merawat dirinya sendiri. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan.
Mulai menerapkan gaya hidup sehat seperti rutin olahraga, tidak merokok, mengonsumsi makanan sehat, dan mengelola stres.
Jangan mengabaikan kesehatan diri sendiri, jika mengalami masalah kesehatan, segera periksakan ke dokter.
Masalah kesehatan yang tidak ditangani sesegera mungkin dapat berakibat fatal bahkan menyebabkan kerusakan permanen atau bahkan kematian.
Baca juga:
- 5 Manfaat Menjemur Bayi Langsung Terkena Sinar Matahari Pagi
- 5 Manfaat Berenang untuk Perkembangan Fisik dan Kognitif Bayi
- 7 Makanan untuk Anak Agar Tumbuh Tinggi Secara Alami
Referensi:
https://www.amenclinics.com/blog/10-things-parents-should-never-do (Diakses 29 Oktober 2021)