Osteoporosis adalah penyakit tulang yang terjadi akibat hilangnya kepadatan tulang. Kondisi ini kerap terjadi pada orang tua atau lansia khususnya wanita setelah mengalami menopause.
Tulang yang kehilangan kepadatannya dapat menjadi keropos dan sangat mudah mengalami patah tulang. Pada kasus tertentu, benturan kecil atau bersin dapat menyebabkan cedera patah tulang.
Osteoporosis tidak hanya terjadi pada orang dewasa atau lansia saja, anak-anak juga berisiko mengalami tulang keropos yang disebut dengan osteoporosis juvenil. Kondisi medis ini jarang terjadi dan kadang tidak diketahui penyebabnya.
Tulang mempunyai struktur mirip seperti sarang lebah, osteoporosis terjadi ketika ruang dalam tulang menjadi terlalu lebar atau tidak lagi rapat. Tulang yang kehilangan kepadatan atau masaanya akan kehilangan kekuatannya dan sangat berisiko patah.
Hilangnya kepadatan tulang dapat dimulai sejak usia tiga puluhan, semakin tua usia seseorang maka semakin mungkin menderita osteoporosis.
Baca juga: Kenali Penyebab dan Gejala Osteoporosis pada Anak
Penyebab Osteoporosis
Seseorang yang mendapatkan cukup kalsium pada masa pertumbuhan saat muda cenderung mempunyai tulang yang padat serta kuat dan minim menderita penyakit osteoporosis di masa tua.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang disebabkan oleh hilangnya kepadatan tulang karena berbagai faktor risiko.
Faktor penyebab osteoporosis
- Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko menderita osteoporosis di masa tuanya yang dimulai sejak mengalami menopause.
- Usia. Seseorang yang telah memasuki usia 50 tahun ke atas lebih berisiko menderita osteoporosis daripada seseorang yang lebih muda.
- Riwayat keluarga. Mempunyai anggota keluarga baik orang tua atau saudara kandung yang menderita osteoporosis memungkinkan anggota keluarga lainnya akan mengalami penyakit tulang ini.
- Ukuran rangka tulang. Seseorang baik pria atau wanita yang mempunyai kerangka tulang kecil lebih berisiko mengalami osteoporosis karena massanya sedikit.
- Hormon. Terlalu banyak atau sedikit hormon yang dimiliki seseorang seperti hormon estrogen atau testosteron lebih berisiko menderita osteoporosis.
- Makanan. Makanan berperan penting dalam pembentukan dan kesehatan tulang, seseorang yang mengonsumsi terlalu sedikit kalsium akan menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan berisiko mengalami pengeroposan tulang dini.
- Efek samping obat. Beberapa jenis obat khususnya obat kortikosteroid seperti prednison dan kortison dapat menyebabkan gangguan terhadap pembentulang tulang.
- Kondisi medis. Osteoporosis sangat berisiko terjadi pada orang-orang dengan kondisi medis seperti lupus, kanker, penyakit ginjal atau hati, penyakit radang usus, penyakit celiac, mieloma multipel, dan artritis reumatoid.
Osteoporosis dapat terjadi kepada seseorang yang mempunyai kebiasaan buruk seperti jarang olahraga atau tidak aktif bergerak, melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mengangkat berat, mengonsumsi minuman beralkohol, dan merokok.
Gejala Osteoporosis
Osteoporosis pada tahap awal tidak akan menimbulkan gejala apa pun, bahkan penderitanya tidak merasakan keluhan sema sekali dengan tulangnya.
Namun saat tulang benar-benar kehilangan kepadatannya dan melemah maka gejala osteoporosis seperti berikut ini dapat dirasakan:
- Rasa nyeri pada persendian khususnya punggung atau tulang belakang.
- Tinggi badan akan semakin turun.
- Perubahan postur tubuh yang cenderung membungkuk.
- Tulang menjadi lebih mudah cedera atau patah.
Kapan Harus ke Dokter?
Jangan menunggu mengalami gejala osteoporosis baru menemui dokter. Pemeriksaan dan penanganan sejak dini dapat membantu mengurangi pengeroposan tulang dan mencegah risiko terburuk.
Seseorang yang telah berusia minimal 50 tahun atau bagi wanita yang telah mengalami menopause dan sedang menjalani pengobatan menggunakan kortikosteroid sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih jika mempunyai faktor risiko osteoporosis.
Komplikasi Osteoporosis
Komplikasi dari osteoporosis yang paling umum terjadi adalah patah tulang. Kondisi ini akan sangat berbahaya apa bila tidak segera ditangani secara medis.
Terlebih jika patah tulang terjadi pada tulang belakang, risiko seperti kecacatan dan kematian pada tahun pertama sejak mengalami cedera dapat terjadi.
Dalam beberapa kasus osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang belakang meski tidak mengalami benturan atau terjatuh.
Vertebra atau tulang yang menyusun tulang belakang akan semakin melemah sehingga penderitanya akan kerap mengalami nyeri punggung, penurunan tinggi badan, dan perubahan postur tubuh jadi membungkuk.
Pengobatan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis melibatkan penggunaan obat-obatan dan nutrisi penting bagi tulang. Berikut beberapa jenis pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi osteoporosis:
1. Biofostonat
Pengobatan ini berfungsi untuk memperlambat pengeroposan yang sedang terjadi. Ada pun beberapa jenis obat osteoporosis yaitu Alendronate (Binosto, Fosamax), risedronate (Actonel, Atelvia), Asam zoledronat (Reclast, Zometa, dan Ibandronate (Boniva).
Penggunaan obat-obatan di atas mempunyai efek samping seperti mual, sakit perut, dan mulas. Dibutuhkan resep dari dokter untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan tersebut.
2. Suplemen Kalsium dan Vitamin D
Dokter akan menganjurkan atau memberikan suplemen kalsium dan vitamin D yang dapat dikonsumsi setiap saat untuk membantu tulang mempertahankan kepadatannya.
Dengan begitu maka risiko tulang patah dapat dihindari. Konsultasikan dengan dokter dan mintalah dosis yang tepat untuk pengobatan osteoporosis ini.
3. Pengobatan Osteoporosis Hormonal
Penggunaan hormon tertentu untuk mempertahankan kepadatan tulang dan menghindari risiko tulang patah, ada pun beberapa obat osteoporosis hormonoal adalah:
- Hormon estrogen.
- Hormon testosteron.
- Obat penumbuh tulang.
- Kalsitonin.
- Selective estrogen receptor modulator.
Pencegahan Osteoporosis
Masa muda menjadi waktu yang paling tepat untuk membangun atau membentuk tulang menjadi lebih padat serta kuat. Mengonsumsi makanan bernutrisi dan rutin olahraga dapat membantu proses pembentukan tulang secara maksimal.
Selain itu, penting pula untuk menghindari faktor risiko yang dapat merugikan kesehatan seperti mengonsumsi minumen beralkohol, merokok, dan tidak aktif bergerak.
Cara mencegah osteoporosis:
- Mengonsumsi makanan berprotein seperti kacang-kacangan, biji-bijian, telur.
- Mengonsumsi makanan atau minuman berkalisum seperti susu, keju, yogurt, sayuran berdaun hijau, salmon, sarden, dan kedelai.
- Mengonsumsi atau mendapatkan vitamin D karena dapat membantu penyerapan kalsium menjadi lebih maksimal.
- Olahraga secara rutin seperti berlari, berenang, yoga, senam, bersepeda dan sejenisnya membantu tulang menjadi lebih kuat dan memperlambat proses pengeroposan.
Bagi seseorang yang tidak dapat memperoleh kalsium dan vitamin D secara maksimal, ada baiknya mengganti makanan dengan suplemen kalsium.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen kalsium agar sesuai dengan kondisi kesehatan saat ini.
Terlalu banyak mengonsumsi suplemen kalsium dapat meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan ginjal dan penyakit jantung.
Baca juga:
- 10 Makanan untuk Lansia yang Menderita Osteoporosis
- 5 Gejala Osteoporosis yang Kerap Dialami oleh Lansia
- 3 Cara Terbaik untuk Mencegah Osteoporosis
Referensi:
(Diakses 12 November 2020)
https://www.nof.org/patients/what-is-osteoporosis/ (Diakses 12 November 2020)